Kamis, 06 November 2014

#kotaksurat

Ak tau Tuhan sangat presisi.
Dia bisa saja menggugurkan setiap daun, menggoyang- goyangkannya di udara, dan menjatuhkan dg sangat tepat di tempat sampah, jika Dia mau. Seperti yg ku bayangkan jika sedang menyapu halaman. Kalau saja semua daun itu diterbangkan dan mendarat persis ditempat sampah, tak perlu ada yang repot menyapu halaman setiap pagi. (pikiran pemalas :D)

Tapi tuhan tidak melakukannya, Dia mampu andai dunia dibuat demikian, tapi tidak. Kita akan belajar lebih banyak, ketika Tuhan membuatnya tidak demikian.

Pun beberapa peristiwa dalam hidup, berlaku hukum yang sama. Beberapa peristiwa seperti dirancang tepat menggambarkan daun yang jatuh persis di tempat sampah. Tetapi beberapa tidak, atau belum. Seperti kurang beberapa remah roti untuk menjadikannya kembali seutuh keping biskuit.

Tuhan bisa saja membuat semua sepresisi itu, tapi tidak. Tentu, agar aku belajar lebih banyak.

***
Malam, waktu insomnia datang.

Minggu, 14 September 2014

Mengencani Pria yang Bukan Tipemu


Eto sensei : " You don't like Schubert at all, do you? So why did you choose Schubert for the first stage?"

Nodame  : "Why? .. Somehow.. Umm..  It's like want to try dating the type of guy whom I have never dated before.  Yes, that kinda of feeling" *smiling*

Eto sensei: "Baka! DATE A GUY WHOSE TYPE YOU HAVE DATED BEFORE!"

Cuplikan percakapan Dorama Nodame cantabille, Ep. 9





Haha, mungkin seperti itu gambaran kondisiku sekarang. Semenjak melanjutkan pendidikan alih jalur selepas diploma kebidanan, ilmuku jadi semakin "sosial". Ketika diploma, tentu saja yang banyak kupelajari adalah ilmu medis, dan itu menyenangkan, aku suka. Tapi ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, aku terkaget-kaget dengan pilihan yang aku ambil, sehingga aku mempelajari ilmu baru yang lebih "sosial". Padahal dulunya tidak aku suka. Aku bisa mengatakan tidak menyukai beberapa topik saat perkuliahan diploma, tetapi justru ketika alih jalur, aku ambil topik itu sebagai topik skripsiku.

Kemudian sekarang, lagi-lagi aku juga dengan begitu mudahnya memilih konsentrasi pendidikan pasca sarjana yang berbeda dari minatku yang biasanya, hanya dengan alasan sudah jenuh dengan materinya. Belakangan aku sepertinya memang sedang begitu. Menyenangi mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Nekat saja mencoba yang belum pernah dicoba.

Untuk tesisku nanti, sepertinya aku akan kembali begitu. Jenuh dengan topik yang biasanya aku suka. Saat ini aku cenderung kembali akan mencoba "mengencani tipe pria yang biasanya bukan tipeku". Walaupun sekarang dia masih belum bisa kuajak bicara, sih. Aku yakin dia pribadi yang enak diajak berbicara, dan bisa jadi teman yang menyenangkan. 
*apasih

Sepertinya harus segera disudahi sebelum makin melantur dan mengalihkan diri terlalu lama. Aku harus segera memulainya. Ada yang bilang, "menunda tesis 1 hari, berarti menunda nikah 2 hari". Haha. 

Cukup! :D

Sabtu, 13 September 2014

#Tunda


Aku bertemu teman, dan dia bercerita tentang perubahan raut mukamu.

Detik itu, aku merasa harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki ini.
Sedemikian mantap, aku genggam ponsel ditangan, dan kubuka history percakapan terakhir.
Detik berikutnya,
perasaan itu hilang...


Ribuan detik setelahnya, 
Niat itu akan seperti selembar kertas soal yang harus aku jawab.
Karena aku merasa kesulitan menjawabnya, maka aku letakkan dulu di meja.
Kemudian ternyata banyak kertas soal lain yang datang.
Kertas itu aku tumpuk saja diatasnya, begitu hingga tumpukan itu meninggi.
Kertas soal pertama tadi jadi tidak terlihat, dan aku melupakannya.

Suatu ketika aku teringat kertas soal pertama tadi, pasti aku akan berkata pada diri sendiri "ah, itu bisa nanti" dan begitu seterusnya.

Akan selalu ku #tunda.

Senin, 11 Agustus 2014

Sendratari Ramayana

Semenjak Mei lalu, ada kumpulan foto yang meminta diunggah. Ini dia, Sendratari Ramayana. Sendratari Ramayana atau dalam tiketnya disebut Ramayana Ballet Prambanan, merupakan pertunjukkan rutin. Yang aku saksikan ini merupakan sendratari yang dipentaskan di teater terbuka, satu cerita penuh dalam satu pertunjukkan. Karena hanya pementasan pada bulan purnama saja yang akan dibagi menjadi 3 episode dalam 3 hari. Keuntungan menonton pada teater terbuka adalah backgroundnya! Kuberitahu kawan, pertunjukkan dengan latar Prambanan dimalam hari itu cantik. :)

Seperti pementasannya yang tanpa kata-kata, aku juga tidak akan berpanjang-panjang cerita. Let's picture do tell the story.





















*****

Minggu, 03 Agustus 2014

Waktu

Kalau kata Einstein, waktu itu seperti karet, elastis. Tergantung dari siapa yang merasakannya, sedetik rasanya bisa seperti satu tahun, satu tahun bisa terasa seperti hanya satu kedipan.

Karena waktu itu terus saja berjalan -dengan atau tanpa kehendakku- kadang aku sendiri sering tidak merasakan nilainya waktu. Maka dari itu mungkin ada anonim yang menulis tentang nilai waktu. Katanya, untuk tahu nilai 1  tahun, tanyakan pada siswa yang gagal dalam ujian kelulusan. Untuk tahu nilai 1 jam, tanyakan pada kekasih yang menanti waktu untuk bertemu, dan untuk mengetahui nilai 1 menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.

Ya, waktu itu berharga, ditiap menit dan detiknya. Pak ustadz kemarin juga berkata, jangan pernah berkata ingin menghabiskan waktu, karena waktu itu akan benar-benar habis, hilang dan tidak bisa diganti, maka manfaatkanlah.

Omong-omong soal manfaat waktu, menurutku bayi dan kanak-kanak lah yang paling pintar memanfaatkan waktu. Lebaran kemarin, aku bertemu Tata, sepupu, umurnya 1 lebih. Sekitar 2 ato 3 bulan yang lalu, Tata masih baru belajar melangkah (belum berjalan). Bergerak dengan iming-iming mainan yang dipegang ibu, ayah atau kakaknya. Kata yang terucap juga baru mbah, mbak, dan ucapan tak jelas. Dua bulan berikutnya, yaitu sekarang. Dia sudah lincah berjalan, tanpa bimbingan. Kata yang diucap juga sudah Bu dan lebih banyak. Selama 2 bulan itu dia menjadi pembelajar ulung, memanfaatkan waktunya untuk memulai cikal bakal mandiri dan membuka jalur komunikasi, dengan berjalan sendiri (literally).

Lalu, diwaktu yang sama, bagaimana denganku?

*hening*

Eh, dalam heningpun ternyata memakan waktu.


***

Lucu maksimal!



This little cute boy, is a gag actor. He deliver his cuteness with his funny way to easy get confused dan forget all things. Even for simple question like, "Vano, sampun papung dereng?". He get confused and ask his friend, "Dede (he call himself) si wis papung urung?"

Gubrak! *emot ketawa guling-guling*

Kamis, 17 Juli 2014

Surat untuk mu, Sahabat


Berteman dengan mu selalu menyenangkan. Aku ingat, suatu  ketika sedang suntuk tiba-tiba kamu memberi solusi mengajakku ketempat dan melakukan hal yang sangat aku suka, ke pantai dan melihat senja. Untuk bepergian dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam, caramu mengajak seperti pergi ke warung membeli jajan, kepikiran dan langsung jalan. Aku ingat bahkan tak salah satu dari kita yang memakai jaket.

Betapa beruntungnya aku, langit yang  mendung saat itu, ternyata setengah jam menjelang terbenam matahari langit barat bebas awan. Senja sore itu, langit barat jingga merona dan aku hanya bisa tersenyum ternganga melihatnya. Kutoleh langit timur, kearah pandanganmu, dan kulihat pelangi. Aku hari itu bagai anak kecil yang dibelikan permen. Senang. 

Kapan hari lagi, begitu lagi, senja atau waktu lain, tempat sama atau tempat yang lain. Tak terasa terkumpul banyak folder file foto, yang jika aku ingat dengan siapa, maka jawabannya adalah denganmu waktu itu aku habiskan.  
 
Kemudian, suatu saat pernah kau utarakan tentang suatu kekhawatiran. Karena katamu tiba-tiba terpikir olehku, jangan-jangan, nanti akan ada lebih banyak kenangan seperti senja saat itu denganmu dibandingkan dengan suamiku kelak.

Maka, selain seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, ini lah sebenarnya alasan yang paling jujur dari sikapku yang mungkin kau anggap sebagai perubahan. Lalu sekejap saja rasanya, semua memburuk seperti sekarang. Dan aku kini... tak tahu harus bagaimana.

Kamis, 26 Juni 2014

Juni






Untuk kebahagiaan yang selalu berulang di Juni, meski kali ini Juni seperti aku lewatkan begitu saja. Kuhadiahkan pada diri sendiri dengan Semarang dan pulang.

Kamis, 29 Mei 2014

Siang Tadi

Lampu merah pertigaan Sokaraja, 11.20 WIB

Turun dari angkutan bis ekonomi Pemalang -Purwokerto, aku bersiap berjalan yang lamanya paling sekitar 10 menit. Ingin menghemat waktu barang 30 menit, makanya aku memillih berjalan ke tempat agen bus, alih-alih duduk saja sampai terminal. Ransel dipundak, masker terpakai, jaket kututupkan dikepala. Matahari terik, aku berjalan sambil menunduk dan menginjak bayanganku sendiri. Menikmati berjalan, aku play musik di kepala lalu bernyanyi dalam hati. Tiba di jembatan, mataku menangkap laju air sungai dari sela lempengan beton, maka pandanganku mengikuti aliran airnya. Kemudian ditengah aliran sungai itu kulihat tubuh manusia, sedang mandi rupanya. Ah laki-laki pula! Kualihkan pandangan segera kembali ke jalan raya, musik dikepala seketika berhenti.  

Fokus berjalan, aku tak lagi menunduk, lebih berhati-hati karena jalan ini tidak bertrotoar. Trotoar penuh pedagang sehingga aku berjalan di bagian jalan raya. Tak akan lama lagi, pikirku. Samar-samar  dari kejauhan aku lihat seseorang berjalan agak cepat kearahku. Semakin mendekat semakin jelas, kalo tubuhnya kotor, berantakan, dan tak ada kain selembar pun dibadannya! Ya Allah apalagi ini.. >,< Aku mempercepat langkah  dan berjalan semakin ketengah, sambil menutupkan jaket kemuka.  Dan orang gila itu lewat begitu saja, aku menarik nafas panjang. Laki-laki  penjual ayam goreng pinggir jalan yang menjadi saksi adegan tadi menyapaku sambil tertawa-tawa.

Kalau 10 menit perjalanan klenteng menuju agen bis di sokaraja tadi dalam narasi drama, mungkin aku akan menabrak tak sengaja seorang pangeran yang sedang menyamar jadi rakyat jelata. Haha. Tapi ini kehidupan nyata, makanya, aku malah bertemu dua laki-laki tak berpakaian! Haha,  Hari apaaa ini  -,-

Selasa, 15 April 2014

April bunga



Flowers are the sweetest things that God ever made, and forgot to put a soul into. 
                                                                                                       Henry Ward

Aku harap, dia yang menemaniku nanti adalah orang yang mencintai tanaman, seperti bapak.

Akan sangat menyenangkan nantinya jika halaman rumah kami penuh dengan tanaman berbunga. Sesekali nanti aku akan mendapat kado tak terduga dengan mekarnya bunga di suatu sore ketika pulang ke rumah. Mungkin suatu saat akan ada minggu pagi yang cerah, sembari minum teh aku akan mengirimi anak-anak foto tanaman yang kami tunggu bunganya. Seperti yang baru saja dilakukan mama beberapa waktu lalu.

haiy kaktus, akhirnya kamu berbunga..

Rinda's Junior

 
One fine day in Kebumen. Seeing friend, and her junior. I do realize, time would never go back. Kebumen, 12-04-2014


Rasanya masih sama seperti baru dua atau tiga hari tak bertemu. Persis jika aku main kekosnya atau dia main ke kosku. Seperti baru kemarin, wisuda diploma kemudian kami sama-sama melanjutkan di Diponegoro Semarang. Mengerjakan tugas kelompok, main bersama, aerobik kemudian lanjut masak-masak bersama di kos. Hingga kemudian aku wisuda, selanjutnya aku mendatangi wisudanya, dan ternyata itu adalah kali terakhir kami bertemu.

Kemudian banyak episode hidupnya yang aku lewatkan, pernikahannya yang bertepatan dengan tugas kerjaku,  kemudian kelahiran juniornya beberapa waktu lalu. Hingga akhirnya aku punya kesempatan menemuinya lagi kemarin, setelah 2 tahun. Tapi rasanya masih tetap sama, kami masih masak-masak bersama, ngobrol dan curhat. Namun yang berbeda sekarang ada celotehan kecil yang ikut-ikut menyahuti ketika kami tertawa, atau meminta perhatian ketika kami terlalu serius mengobrol. Wohoo.. Selamat datang Arsya, semoga silaturahmi bunda dan tante akan selalu terjaga. :)  

Arsya Ghifari Al Mubarok


Selasa, 18 Maret 2014

Ullen Sentalu


"Ulating blencong sejatine tataraning lumaku"- Ullen Sentalu

Nama tempat ini diambil dari akronim bahasa jawa tersebut, yang berarti “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”

Ullen Sentalu.. Ullen Sentalu.. aku senang mengulang ulang  nama ini. :D Ibarat after taste dari minum kopi adalah rasa pahit, atau setelah makan, rasa yang diharapkan adalah kenyang, begitu pula setelah mengunjungi tempat ini .  Aku merasa seperti benar-benar baru saja mengunjungi museum. Pengetahuan kami bertambah. Tak ada foto selama berada dalam museum, tapi guide menjelaskan dengan teliti setiap koleksi yang ada.  Sehingga kami  memang benar-benar merasa baru saja mengunjungi museum seni dan budaya jawa, khususnya budaya kerajaan mataram islam.


"Potongan relief ini miring bukan terjadi akibat gempa." Jelas mbak Anis, Guide kami mencoba melucu, "Tapi dibuat sedemikian sebagai  bentuk keprihatinan pada generasi sekarang yang sudah tak mencintai kebudayaannya sendiri."

"Makanya, terimakasih untuk mbak-mbak dan mas yang datang kesini, masih mencintai budaya sendiri."

Tapi sungguh, niat kami tidak setulus itu. Teringat jawaban teman ketika ditanya "Emang disana ada apa?" ketika akan berangkat ke ullen Sentalu, mudah saja dia menjawab dengan "Bisa foto-foto". Dan benar saja, satu tempat bisa berkali-kali foto dengan banyak gaya. :))





 
 

Sabtu, 08 Februari 2014

Museum

Kalau kau menemukan benda ini, selain disini, mungkin dia tak akan dianggap bernilai, hanya menjadi gerobak dorong tua, yang mungkin tak berguna, karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan kendaraan saat ini. Namun, ia memiliki cerita, memiliki sejarah, dan nilai budaya, oleh karena itu lah ia berada dimana tempatnya yang seharusnya, Museum.  Cikal bakal kereta kuda sultan - Museum Kereta Kraton Yogyakarta 

Jumat, 24 Januari 2014

Dreamer



Gazing through the window at the world outside
Wondering will mother earth survive
Hoping that mankind will stop abusing her sometime

After all there's only just the two of us
And here we are still fighting for our lives
Watching all of history repeat itself
Time after time

I watch the sun go down like everyone of us
I'm hoping that the dawn will bring a sign
A better place for those Who will come after us ...
This time
  
Your higher power may be God or Jesus Christ
It doesn't really matter much to me
Without each others help there ain't no hope for us
I'm living in a dream of fantasy
Oh yeah, yeah, yeah

If only we could all just find serenity
It would be nice if we could live as one
When will all this anger, hate and bigotry ...
Be gone?

I'm just a dreamer
I dream my life away
Today
I'm just a dreamer
Who dreams of better days
Okay
I'm just a dreamer
Who's searching for the way
Today
I'm just a dreamer
Dreaming my life away

(Dreamer - Ozzy Osbourne)

Selasa, 21 Januari 2014

Kau (memanggilku) Malaikat

Baru pertama kali ini aku membaca tulisan karya Arswendo Atmowiloto. Namanya sering kudengar tentu saja, sebagai ibu yang melahirkan Keluarga Cemara. Kebetulan teman meminjamkannya padaku sebagai "sangu" libur sebulan, dimusim hujan ini. 


Novel ini bercerita  tentang sosok "aku" yang bisa menemui manusia disaat-saat terakhir hidup mereka, dibeberapa tempat berbeda, dalam waktu yang sama. Dia dapat menghibur, namun tidak sepenuhnya menolong mereka untuk tidak mati pada saatnya.


"Benar kan, kau malaikat?"

"Kau biasa memanggilku begitu. Kalian biasanya menyebutku begitu"

"Berarti benar kau datang untuk mencabut nyawaku"

"Tidak persis begitu. Aku tidak mencabut nyawa... Aku datang menjemput."
-p.7

Dia datang pada siapa saja, yang sudah mendekati waktunya untuk di jemput. Dia datang pada Ibu Tesarini, seorang istri yang setia, tulus, mengabdi pada suami, anak dan menantunya. Di saat-saat mendekati akhir waktunya yang ingin ia tanyakan adalah suaminya, yang sudah meninggal lebih dulu, yang hidupnya selalu bahagia  dan yang mempermalukan dan merendahkan dengan mengawini adik menantunya.



Pada preman yang dibakar hidup-hidup, pelan-pelan, dikeroyok, dibakar dan tak mau dikasihani. Pada seorang gadis penuh pesona, yang ditembak polisi karena menolak diperkosa. Seorang  pengemudi bis yang tahu kendaraannya kurang layak jalan, serta anak-anak sekolah yang menumpang. Juga, hampir saja, seekor ayam.



Dia datang, dan dapat berbincang dengan mereka semua, saat mereka sudah tidak mungkin kembali hidup. Mereka berkeluh kesah, bercerita tentang hidup yang mereka jalani, tentang rencana-rencana yang belum sempat mereka lakukan, tentang penyesalan. Dia mendengarkan, mengetahui dan mengerti perasaan itu, tapi tidak bisa merasakannya.


"Andai bisa, apa yang akan kaulakukan? Menunda?"

"Kami tidak bisa berandai-andai, Ibu."

"O, agak membosankan juga"

"Kami tak merasakan itu."

 -p.48

Cara penulis menceritakan  satu per satu tokoh yang diceritakan, melalui kacamata "aku" yang sebagai malaikat ini sungguh menarik. Seperti puzzle yang dirangkai satu persatu, kemudian utuh menjadi pesan yang dapat dibaca sebagai sebuah perjalanan hidup tokoh-tokohnya hingga detik kematian, bahkan setelah kematian itu terjadi. Ketika sedang membaca novel ini, kebetulan aku mendapat kabar tentang beberapa teman seumuranku yang meninggal. Beberapa bagian dari cerita ini membuat aku (terkadang merinding) membayang-bayangkan seperti apa jadinya mereka yang meninggal muda itu, lalu kemudian bagaimana aku nantinya. Memang, tak ada yang terlalu tua, atau terlalu muda untuk meninggal, semuanya tepat, sesuai waktunya.



Kemudian "aku" datang pada seorang anak kecil, bernama wedi, wedhi yang dalam bahasa Jawa berarti pasir, dipanggil sebagai  Di. Umurnya hampir empat, dan ia berkata pernah melihatnya berkali-kali, bahkan ketika didalam kandungan. Di berbeda. Di dapat tetap berada di pangkuan orangtuanya saat seharusnya meninggalkannya. Bahkan Di sekarang masih dapat sering menemaninya, Di masih berada di bumi manusia.


"Karena kau bukan manusia, Kau tak akan pernah menjadi manusia. Sedangkan manusia bisa menjadi malaikat."

"Benarkah , Di?"

 -p.190
Hingga pada akhirnya, "aku" menemukan kangen, merasakannya.  Ia yang sedang bersama nyawa-nyawa lain menghadapi kematian yang sesungguhnya sangat indah dan menyenangkan, melihat ternyata hidup manusia juga penuh pesona.


Mereka mengagumkan justru karena bisa terbang kemanapun dengan tembang, dengan puisi, dengan senyum, dengan air mata. Mereka tampak ganjil, aneh, memperdebatkan atau melakukan hal-hal yang menurutku sia-sia, tetapi bisa  membuat mereka bahagia, tertawa dan menerima. Air mata, itulah sebenarnya sayap paling penuh makna.

Aku berharap memilikinya. 
-p.271
Meskipun buku ini bercerita tentang seorang malaikat yang dapat menjemput mereka yang mati, tapi buku ini lebih banyak bercerita tentang kehidupan, yang direfleksikan dalam proses kematian atau cerita setelah kematian itu terjadi. Selain itu penulis menggambarkan malaikat disini tanpa tendency pada agama tertentu. Malaikat disini tidak jelas dan tidak digambarkan sebagai laki-laki atau perempuan, tidak tahu apakah ia menyeramkan ataukah tampan. Ia langsung dikenali sebagai malaikat oleh orang-orang yang akan dijemput dalam cerita ini.
Mungkin, penulis hanya ingin memberi gambaran dari sudut pandang yang benar-benar berbeda. Memberi pandangan tentang kehidupan, ketika sehari-hari kau dihadapkan dengan kematian...

In conclusion : Worth to read, I think.
Selamat membaca! 

Kamis, 16 Januari 2014

Cerita : Kado yang Terlambat

Hujan petang itu menemani mendung  yang sudah muncul sedari pagi. Dari sebuah rumah kos yang tua, salah satu penghuni kamarnya baru saja selesai mandi, sembari mengeringkan rambutnya perempuan itu menengok ponselnya dan mendapati sebuah pesan, dari salah satu temannya :

"Aku baru pulang dari lereng merapi, dan kubawakan untukmu hadiah yang kau minta dari dulu ... "

Ia terdiam sesaat, berpikir, kemudian ia membalas

" Apa ya? Aku lupa ... *emoticon tersenyum meringis*"

" Ini dia" laki-laki diseberang sana mengirimkan sebuah foto. Dengan sabar perempuan itu menunggu untuk melihat foto apa yang dia kirim. Kemudian muncul lah, foto seikat bunga kecil-kecil tanpa daun yang dipegang tangan.
" Edelweis?? Wuaaa!! "

" Iyaa, kamu dulu pernah minta kan?"

" Emang iya? Kapan? Lagian ngapain kamu hujan-hujan ke Merapi?"

"Tadi memang ada acara disana, nggak naik kok cuma di lereng, liat ada edelweiss, terus aku inget kamu, dulu aku pernah menjanjikan bunga ini buat kamu"

" Iya? Kapan?"

"Pas ulang tahun mu" itu sudah 5 bulan yang lalu. Perempuan itu kemudian teringat percakapannya dengan laki-laki  itu di hari ulang tahunnya, tentang hadiah, tentang bunga, bahwa aku tak ingin diberi kado bunga mawar, karena ia bisa layu.

" Ah, tapi itu setengah bercanda"

" Tapi aku janji akan membawakannya, dan akhirnya aku punya kesempatan untuk membayar janji itu"
" Harusnya nggak perlu sampai seperti itu, tapi ... Terimakasih *emoticon tersenyum*"
Memang sungguh benar-benar ada senyum dibibir perempuan itu. Hatinya tergugah.


" Jadi ini, kado ulang tahun yang terlambat datang ya?"

" Ah iya, kado cantik.. " senyum itu selalu mengembang di bibirnya.


***

Keesokan harinya, setelah mereka bertemu diantara jam kuliah, edelweis itu sudah ada ditangannya.  Ia pandangi, dan diantara rasa senangnya, entah kenapa ia merasa ada ketidakadilan disana. Mengapa ia tidak dijatuh-cintakan pada laki-laki itu saja, yang memenuhi setiap janji yang diucapkannya, yang selalu ingat apa yang perempuan itu katakan padanya. Mengapa hatinya malah jatuh pada laki-laki lain, yang tak juga bisa memenuhi janjinya, padahal sesungguhnya janji itu sangat sederhana. Ibarat kau disodorkan segelas susu tapi justru merindu pada segelas air putih.

Jumat, 03 Januari 2014

Serupa Pagi

Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam tubuhnya yang kecil. "Seandainya hidup serupa hari, mereka ibarat pagi" (literatur)

Kamis, 02 Januari 2014

Welcome 2014

Yang lalu biarlah berlalu
Hehe, sepertinya akan aku perlakukan begitu saja tahun 2013 yang telah berlalu. Yang jelas, banyak perpindahan yang aku alami tahun itu, menjadi mahasiswa lagi, berpindah ke tempat baru lagi, Yogyakarta, (akhirnya!) dan yang lebih melegakan hatiku juga mulai berpindah sepertinya. (^,^) #abaikan

Aku tak ingin memulai tahun kuda ini dengan terlalu banyak resolusi, aku ingin agar semua berjalan mengalir saja. Hanya berharap semoga apa yang sedang dijalani berjalan lancar dan sesuai rencana, berharap kesehatan untuk bapak, ibu dan rafi, dan semoga ada banyak kejutan menyenangkan tahun 2014 ini. Ah iya, semoga tahun 2014 ini aku lebih sehat, heran, akhir tahun kemarin aku tutup dengan rekor sakit sampai 4 kali dalam 1 bulan. Sehat sungguh sangat berharga.

Dan lagipula, libur semester pertamaku ini juga baru dimulai, masih ada 3 minggu menanti untuk dimanfaatkan. Selamat awal tahun semua!!  :)