Hujan petang itu
menemani mendung yang sudah muncul
sedari pagi. Dari sebuah rumah kos yang tua, salah satu penghuni kamarnya baru
saja selesai mandi, sembari mengeringkan rambutnya perempuan itu menengok ponselnya dan mendapati sebuah
pesan, dari salah satu temannya :
"Aku baru
pulang dari lereng merapi, dan kubawakan untukmu hadiah yang kau minta dari
dulu ... "
Ia
terdiam sesaat, berpikir, kemudian ia membalas
" Apa ya? Aku
lupa ... *emoticon tersenyum meringis*"
" Ini dia"
laki-laki diseberang sana mengirimkan sebuah foto. Dengan sabar perempuan itu
menunggu untuk melihat foto apa yang dia kirim. Kemudian muncul lah, foto
seikat bunga kecil-kecil tanpa daun yang dipegang tangan.
" Edelweis??
Wuaaa!! "
" Iyaa, kamu
dulu pernah minta kan?"
" Emang iya?
Kapan? Lagian ngapain kamu hujan-hujan ke Merapi?"
"Tadi memang
ada acara disana, nggak naik kok cuma di lereng, liat ada edelweiss, terus aku
inget kamu, dulu aku pernah menjanjikan bunga ini buat kamu"
" Iya?
Kapan?"
"Pas ulang
tahun mu" itu sudah 5 bulan yang lalu. Perempuan itu kemudian teringat
percakapannya dengan laki-laki itu di
hari ulang tahunnya, tentang hadiah, tentang bunga, bahwa aku tak ingin diberi
kado bunga mawar, karena ia bisa layu.
" Ah, tapi itu
setengah bercanda"
" Tapi aku
janji akan membawakannya, dan akhirnya aku punya kesempatan untuk membayar
janji itu"
" Harusnya
nggak perlu sampai seperti itu, tapi ... Terimakasih *emoticon tersenyum*"
Memang sungguh
benar-benar ada senyum dibibir perempuan itu. Hatinya tergugah.
" Jadi ini,
kado ulang tahun yang terlambat datang ya?"
" Ah iya, kado
cantik.. " senyum itu selalu mengembang di bibirnya.
***
Keesokan harinya,
setelah mereka bertemu diantara jam kuliah, edelweis itu sudah ada
ditangannya. Ia pandangi, dan diantara
rasa senangnya, entah kenapa ia merasa ada ketidakadilan disana. Mengapa ia
tidak dijatuh-cintakan pada laki-laki itu saja, yang memenuhi setiap janji yang
diucapkannya, yang selalu ingat apa yang perempuan itu katakan padanya. Mengapa
hatinya malah jatuh pada laki-laki lain, yang tak juga bisa memenuhi janjinya,
padahal sesungguhnya janji itu sangat sederhana. Ibarat kau disodorkan segelas
susu tapi justru merindu pada segelas air putih.
woh, dia metik edelweis? kata para pendaki, itu nggak baik Ar :))
BalasHapus(Kayaknya) Malah beli koh ... XD
BalasHapuscuit...cuit... ehem :)
BalasHapus