Rabu, 26 Juni 2013

26 Juni


26 Juni, Tahun lalu

Aku sedang excited bersiap akan pergi, setelah sesorang mengajakku makan, malam itu. Suara gaduh kecil terdengar di depan pintu kamarku, tak lama terdengar suara imut dan tidak jelas memanggil namaku dan mengetok pintu.

Kubuka pintu dan terlihat 'mbak Aira'  dengan tanpa ekspresi, mengacungkan kue kecil dengan lilin menyala di tengahnya, sambil mengeja mengatakan.

"tse..la..mat.. u..lang..tahun..kak..ariii.." kemudian dia tersenyum, manis sekali.

Tangan jenar menggapai-gapai dari belakang, mbak Rinta dan mas Dani (ibu dan bapak kosku yang baru mengenalku selama sekitar dua bulan) tersenyum di belakangnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Mereka tahu.

Aku tersenyum saat itu. Terharu.


26 Juni, Tahun ini

Happy birth day "ijjah" Wish You All the Best - Tim Hore IBI
Meskipun sekarang aku mendapat julukan baru, ijah (fiuuhh), haha, tapi rasanya hangat di kota yang katanya "sekejam ibu tiri" ini.

Dan lagi sorenya, aku tertawa terpingkal-pingkal, setelah menggagalkan sesuatu yang seharusnya jadi kejutan untukku sore ini. Ahaha. Tapi toh tetap diadakan, memang tidak perlu kejutan, karena sudah jelas ini tidak terlihat seperti kejutan :D

Tradisi mereka adalah, apapun selama sudah ada lilin terpasang, maka sudah sah untuk disebut kue ulang tahun.  :D

Di hari yang selalu berulang setiap tahun ini, selalu ada kegembiraan yang berulang pula. Selamat 26 Juni. :)

Minggu, 23 Juni 2013

Sabtu Tidak Jelas : Berbuah Kawan


"Kata temenku besok Sabtu ada Food Fest di Monas" temanku berkata melalui pesan singkat.

Percaya saja, kami berempat semangat pergi ke Monas, pumpung libur dan memang tidak ada acara. Bahkan temanku sengaja menunda kepulangannya ke Bogor agar bisa ikut bersama ke Monas Sabtu itu.

Hari itu, Sabtu, 22 Juni, ulang tahun kota Jakarta, hari itu Busway gratis, kami ingin mencobanya. Sampai di halte Salemba UI halte cenderung sepi, wah kami semangat, sepi ternyata. Kami naik bus jalur Kampung Melayu, untuk transit di Halte Pasar Senin menuju Monas. Perjalanan lancar hingga di halte Pasar Senin ternyata arah Harmoni-Ancol antrian mengular. Kira-kira lima menit bus yang ditunggu datang, wah, penuh sesak, hanya beberapa orang yang bisa masuk. Bis berikutnya kembali datang lima menit kemudian, dan lagi-lagi penuh. 

Panas dan gerah, aku kemudian bercerita "Pernah aku mau pergi ke kawasan Sudirman, berencana naik busway. Sampai di halte transit pertama (Perjalananku waktu itu harus transit dua kali) Bus nya tidak segera datang, antrian padahal sudah panjang, dan aku harus sampai disana Pukul 14.00 tetapi pukul 13.20 aku masih belum mendapat bus, akhirnya aku turun dari tempat antrian ditepi jalur busway itu langsung menghentikan taksi, dan sudah, akhirnya naik taksi."

"Ayolah, naik taksi aja" kata teman-teman. Haha, akhirnya kami batal naik busway, keluar dari halte dan langsung naik taksi. Sedari awal memang lebih mudah naik taksi, dekat, dan kami juga berempat, biayanya akan sebanding dengan naik busway. Hanya karena ingin mencoba Busway gratis, di hari ulang tahun jakarta, kami berjuang dalam antrian, toh akhirnya tak sabar juga. :D
'Sempat' naik bus way gratis
Kurang dari setengah jam, kami tiba di Monas. Dari kejauhan Monas tampak sepi-sepi saja, memang terlihat ada beberapa tenda putih, tetapi kurang ramai jika memang ada festival, kami masih berpikiran positif. Sampai disana, aktivitas disana tak seberapa. Tapi kami belum menyerah, barang kali tenda disana memang berisi stand-stand makanan. Semakin mendekat, tenda-tenda itu kosong. Memastikan, kami bertanya kepada salah satu penjual makanan. 

"memang nggak ada mbak, cuman ada pameran Monorel di dekat Gambir, itu pun dibuka masih nanti sore" Haha, Tet Toot!! Memang tidak ada! :D Kami yang sudah berharap akan mencicip makanan, dan lapar, akhirnya memutuskan untuk makan di Stasiun Gambir, dari pada harus kembali ke kos tanpa melakukan apapun kan? Haha, benar-benar hari yang tidak jelas.

Siang itu kami lanjutkan dengan sholat di Istiqlal, karena kami masih belum ingin pulang. Beruntung dalam perjalanan ke Monas, kami melihat ada pameran yang cukup menarik untuk di kunjungi.
Haha, akhirnya! Akhirnya jalan-jalan hari ini bertujuan jelas. Dimana?
Pameran flora fauna 2013
Yap! di lapangan Banteng
Dan, hari itu berakhir dengan aku mendapat teman kamar baru. 

Welcome to this cute "little things"

Selasa, 18 Juni 2013

Move 'without' On

Menurutku, aku  termasuk orang yang setia pada pilihan pertamanya sendiri. 

Terutama dalam memilih tempat tinggal (baca: Kos, baca : kamar kos). Dulu, tiga tahun di Purwokerto, aku menetap di tempat yang sama tidak pindah, padahal tempat kosku saat itu bisa dibilang jauh untuk ditempuh dengan jalan kaki.  Tiga tahun di Magelang, aku pindah satu kali, itu pun juga karena satu hal yang mengharuskan pindah, tempat kos akan direnovasi.

Rekorku adalah di Semarang, dua tahun di Semarang, pindah dua kali, yang berarti 3 kos aku tempati. Dan sekarang, karena satu dan lain hal, aku diharuskan pindah kamar. H-a-n-y-a pindah kamar, dan keenggananku setengah mati. Sampai hari itu juga yang akan menempati kamarku datang, aku baru berkemas dan memindahkan barang. Rasanya sungguh malas berkemas. Karena bagiku berkemas hanyalah pada saat aku akan meninggalkan rumah (berpindah ke kota lain), dan kemudian saat aku harus berpindah dari kota itu karena tugasku disitu sementara sudah selesai. Jadi berkemas itu membutuhkan effort yang besar untukku. Yah, mungkin, setia itu hanya berbeda tipis dengan malas, dan enggan. (Hehe)

Menurutku setiap tempat yang telah kita tinggali itu seperti telah memiliki aura kita.  Ada sebagian jiwa kita yang tertinggal disana, sehingga setiap berada di tempat tersebut kita merasa nyaman. Aku sering merasakan sensasi nyaman itu jika bepergian dari arah jogja atau Solo ke rumah, maka ketika aku sudah tiba di Purwokerto, meskipun masih tersisa beberapa jam perjalanan, aku sudah merasa nyaman dan 'aman'. Kalaupun ada suatu kejadian yang membuatku harus berganti-ganti kendaraan disini, aku tidak khawatir, karena aku mengenal kota ini, begitu pikirku.

Begitu pula kamar, menghadirkan rasa nyaman, dan terasa seperti rumah itu membutuhkan waktu lama.  Karena di kota perantauan tentu saja hanya kamar itu yang bisa dianggap hak milik dan aku sebut 'rumah' sebagai tempat kembali. Karena itu ketika aku lelah, yang terbayang olehku 'masih' kasur dan kamarku yang dulu.

Yah, tapi tak ada yang salah dengan tempat baru. Setidaknya disini aku bisa punya jendela, bisa mendengar suara kicau burung dipagi hari, walaupun disela suara riuh rendah bunyi kendaraan di kejauhan. Dan, setidaknya bisa mengintip suasana pagi kota jakarta yang sebelumnya tidak kudapat dari kamarku dulu.

Pagi yang mengintip dari jendela
Okey, Selamat pagi! Hari ini aku harus berangkat lebih pagi, dan  akan menjadi bagian dari warga ibu kota yang berdesak-desakan di halte dan moda transportasi Bus way!

Selasa, 11 Juni 2013

Roses are red, remember?


Roses are red, violets are blue
Candy is sweet and so are you

Teringat quotes ini maka aku teringat masa SMA, pertama kali aku mendengarnya. Ini versi original.
Lalu, bagaimana jika begini?

Rose are red, violet are blue
No matter how long I wait
As long as it were You

*senyum tersipu* *kemudian mual* (haha)
Atau begini?

Rose are red, violet are blue
It's just about ten minutes
But I already miss you

*lalu muntah*

Rose are red, Violets are blue
My life is kinda bored
But no, when I'm with you

*lalu pingsan*

Roses are red, violets are blue
I dont see anything in anyone else
But You

Eh, satu lagi

Roses are red, Violet are blue
I know im rubbish at poem,
But i know, i love you

Sekian! XD (sebelum aku semakin ngelantur)


Jumat, 07 Juni 2013

Song of the day


Mungkin benar jika musik itu mencerminkan suasana hati. Belakangan ini telingaku sedang setuju untuk mendengarkan musik-musik yang seperti ini. Musik yang tidak berlebihan, minimal dan sederhana. Seperti mereka hanya ingin menyampaikan kata saja dan kekuatan tema lewat musik mereka. Aku, yang kata teman sangat 'lebay' ini (haha), langsung  jatuh hati pada lirik-lirik awalnya. Dan nuansa yang dibawanya ketika mendengar lagu ini.

Lihat langit di atas selepas hujan reda. Dan kau lihat pelangi
 Seperti kau di sini, hadirkan sriwedari dalam suka duniawi
Suara hati kita bergema, melantunkan nada-nada
Melagu tanpa berkata, seperti syair tak beraksara, seperti puisi tanpa rima
seperti itu aku padamu.
Setapak Sriwedari- Maliq & D'essentials

 

Kemudian, suatu saat aku mengintip play list teman.  Dan kudapat beberapa ini. Yah. Aku setuju 100% dengan selera mereka. Aku suka video clipnya, suka jalan ceritanya. Setiap melihat bagian akhir dari video clip ini selalu membuat mataku panas, emm, terharu.


Then, this is Beautiful 'nina bobo' song :)

Akhirnya malam tiba juga, malam yang kunantikan sejak awal
malam yang menjawab akhir kita
Inikah akhir yang kita ciptakan, dan pagi takkan terisi lagi
Lonceng bertingkah sebagaimana mestinya, membangunkan orang tanpa membagi
Sedikit asmara untuk memulai hari
Tidurlah, malam terlalu malam, Tidurlah, pagi terlalu pagi
Tidurlah - Payung Teduh