Menurutku, aku termasuk orang yang setia pada pilihan
pertamanya sendiri.
Terutama dalam memilih tempat tinggal (baca: Kos, baca :
kamar kos). Dulu, tiga tahun di Purwokerto, aku menetap di tempat yang sama
tidak pindah, padahal tempat kosku saat itu bisa dibilang jauh untuk ditempuh
dengan jalan kaki. Tiga tahun di
Magelang, aku pindah satu kali, itu pun juga karena satu hal yang mengharuskan
pindah, tempat kos akan direnovasi.
Rekorku adalah di
Semarang, dua tahun di Semarang, pindah dua kali, yang berarti 3 kos aku
tempati. Dan sekarang, karena satu dan lain hal, aku diharuskan pindah kamar.
H-a-n-y-a pindah kamar, dan keenggananku setengah mati. Sampai hari itu juga yang
akan menempati kamarku datang, aku baru berkemas dan memindahkan barang.
Rasanya sungguh malas berkemas. Karena bagiku berkemas hanyalah pada saat aku
akan meninggalkan rumah (berpindah ke kota lain), dan kemudian saat aku harus
berpindah dari kota itu karena tugasku disitu sementara sudah selesai. Jadi
berkemas itu membutuhkan effort yang besar untukku. Yah, mungkin, setia itu
hanya berbeda tipis dengan malas, dan enggan. (Hehe)
Menurutku setiap
tempat yang telah kita tinggali itu seperti telah memiliki aura kita. Ada sebagian jiwa kita yang tertinggal
disana, sehingga setiap berada di tempat tersebut kita merasa nyaman. Aku
sering merasakan sensasi nyaman itu jika bepergian dari arah jogja atau Solo ke
rumah, maka ketika aku sudah tiba di Purwokerto, meskipun masih tersisa
beberapa jam perjalanan, aku sudah merasa nyaman dan 'aman'. Kalaupun ada suatu
kejadian yang membuatku harus berganti-ganti kendaraan disini, aku tidak
khawatir, karena aku mengenal kota ini, begitu pikirku.
Begitu pula kamar,
menghadirkan rasa nyaman, dan terasa seperti rumah itu membutuhkan waktu
lama. Karena di kota perantauan tentu
saja hanya kamar itu yang bisa dianggap hak milik dan aku sebut 'rumah' sebagai
tempat kembali. Karena itu ketika aku lelah, yang terbayang olehku 'masih'
kasur dan kamarku yang dulu.
Yah, tapi tak ada
yang salah dengan tempat baru. Setidaknya disini aku bisa punya jendela, bisa
mendengar suara kicau burung dipagi hari, walaupun disela suara riuh rendah
bunyi kendaraan di kejauhan. Dan, setidaknya bisa mengintip suasana pagi kota
jakarta yang sebelumnya tidak kudapat dari kamarku dulu.
Pagi yang mengintip dari jendela |
Okey, Selamat pagi!
Hari ini aku harus berangkat lebih pagi, dan
akan menjadi bagian dari warga ibu kota yang berdesak-desakan di halte
dan moda transportasi Bus way!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar