Jumat, 26 April 2013

Bahagia, Sepak bola, dan Hidup

Bahagia itu sederhana, hanya dengan melihat keributan tentang 0-4 dan 1-4.

Dua hari ini, kemarin dan pagi ini, acara pagi dikantor menjadi sangat menyenangkan. Pagi ketika rutinitas pekerjaan belum dilaksanakan, saling sapa dengan keluhan khas pagi hari, seperti sarapan apa, macet dimana, dan siapa mengalahkan siapa dalam pertandingan sepak bola yang biasanya tayang pada malam hari.  Yang satu mudah terprovokasi, dan satu lagi hobinya memprovokasi, saling membanggakan klub masing-masing. Gaya mereka sungguh lucu dengan saling mengejek 'kasar' khas betawi, seperti salah satu katanya kemarin tentang kekalahan Barca.

"Noh kalah,  Barca pemainnya pada mabok semua ye, kebanyakan makan genjer"
Setelah tertawa melihat gaya bicaranya, aku baru termenung, "genjer? Apa ya yang dimaksud?" :D

Kemudian social media pun tak kalah ramai, ada yang mengejek, ada yang saling mengkasihani, ada yang mengatakan klub mereka di dzalimi, bahkan ada yang sampai menawarkan kopi, mengkasihani sambil mengejek. Haha. Benar benar membuatku tertawa hanya dengan membacanya.

Aku bukan penggemar bola, pernah memiliki kawan yang sangat menggemari bola dan menjadi fans salah satu klub membuatku belajar arti kesetiaan. Mereka yang menggemari, tidak hanya tertarik karena fisik semata, tetapi kebanggaan pada prestasi, skill, dan semua keadaan yang dialami klub nya. Yang herannya, sering naik turun.

0 - 4 dan 4 -1 untuk barca ini, menurutku memperlihatkan kalau sepak bola itu pertandingan yang sangat jujur, sangat tidak bisa ditebak, meskipun sudah memiliki pemain kelas bintang sekalipun. Sangat seperti Kehidupan. Kadang naik, kadang turun. Berada dalam point terendah hari ini, ternyata menang telak esok hari.  Tidak bisa ditebak. Mungkin kita sudah bekerja keras untuk memenangi pertandingan ini, tapi hasilnya tetap ditentukan esok hari. Mungkin juga klub bisa membeli deretan pemain terbaik, tapi tetap saja tidak bisa membeli kemenangan. Seperti kehidupan, yang 'mungkin' dengan memiliki banyak uang kita bisa membeli mobil paling bagus, gadget paling canggih, rumah paling mewah. Tapi kita tetap tidak bisa membeli kebahagiaan.

Karena kebahagiaan hanya sesederhana ini, hanya dengan melihat dan tertawa menyaksikan tragedi 0 - 4 dan  kemudian  4 - 1 ini.

:)

Sabtu, 20 April 2013

Hari Kartini

Hari ini Kartini lahir, hari yang diperingati sebagai hari emansipasi wanita di negeri ini.  Hari yang jika ini adalah bukan hari libur, maka akan banyak sekolah atau instansi merayakannya dengan cara menghimbau anak didik nya mengenakan kebaya -seperti yang Kartini kenakan difoto-fotonya-. Memoriku bersekolah selama kurang lebih 17 tahun, mengingatnya sebagai hari yang demikian.

Mudahnya pendidikan saat ini sepertinya berbanding terbalik dengan semangat pelajarnya. Saat ini, ketika bel istirahat atau bel pulang berbunyi, para siswa keluar dari kelas dengan wajah dan perasaan lebih seperti keluar dari penjara rutinitas, dibandingkan wajah puas belajar. Aku pernah merasakan sekolah sebagai hal yang demikian ini. Haha. 

Mungkin melihat apa yang diperjuangkannya dulu sudah tercapai, tetapi begitu disepelekan seperti ini,Kartini akan sedih.  Pendidikan, saat ini mungkin seperti memakan makanan, tapi hanya dikunyah saja, tanpa ditelan. Sekolah dan belajar itu mudah didapat, tetapi dilaksanakan sebagai sebuah rutinitas, bukan kebutuhan.

Entah..

Kemudian disisi lain, ada beberapa profesi lain memaknai hari Kartini bukan hanya dari perjuangannya, tapi kematiannya. Dosen-dosen ku ketika kuliah kebidanan, sering berkata, kita mengenang Hari Kartini lebih dari hanya sebagai simbol emansipasi wanita. Tetapi karena kematiannya yang terjadi beberapa hari setelah dia melahirkan. Lepas dari berbagai kontroversi penyebab kematiannya, dosenku meyakini bahwa penyebab kematiannya adalah komplikasi setelah melahirkan, yang jika seandainya dulu, akses terhadap bidan dan dokter sudah mudah, kematian ibu muda ini tidak perlu terjadi.

Maka profesi kami, bidan, memaknai bahwa di hari Kartini,  kita mengenang, dengan upaya pelayanan bidan saat ini, seharusnya tidak perlu lagi ada Kartini-Kartini lain yang harus meninggal dikarenakan proses kelahiran, yang mana merupakan kodrat fitrah  yang nantinya akan dialami oleh semua wanita.

Selamat Hari kartini, dan Selamat menuju peringatan 5 Mei, Hari Bidan Sedunia.

Minggu, 07 April 2013

Mungkin

Mungkin,

Tuhan memberikan manusia
dua mata, dua telinga
dua tangan, dan dua kaki
dibanding satu mulut,

Agar kita
lebih banyak melihat, mendengar
bertindak dan bergerak
dibandingkan hanya berbicara.

***