Carpe diem!
Kutipan
puisi latin ini merupakan pesan yang aku terima dari teman setelah aku
menuliskan sedang berada di lombok dalam status account social media-ku
beberapa waktu lalu. Kubaca sekilas.
Kemudian, keesokan
harinya, tiba saatnya aku snorkling di
selat kecil antara gili trawangan dan gili meno. Aku, yang hanya bisa renang
gaya botol (hehe), langsung ragu apakah akan ikut atau tidak, mengetahui site
snorkling kami adalah laut (meskipun laut itu hanya selat dan dangkal). Lalu,
kuingat pesan temanku, Carpe diem. Seize the day. Yah, kesempatan mungkin tidak datang dua
kali, kesempatan paling baik untuk mencoba semua hal baru adalah saat ini. Iya
kan? Karena itu, tentu saja aku mencobanya, meskipun ada sedikit ragu pada
detik saat kakiku akan menyentuh air laut.
Tetapi hap!
<3 span="">3> |
Meskipun agak sulit
membiasakan nafas dengan mulut, tapi bisa melihat laut sejernih itu sungguh
menyenangkan. Dengan bonus minum air laut yang entah kenapa rasanya asin luar
biasa disana, dan lelah walaupun baru
sebentar, aku kembali ke perahu. Teman yang tidak ikut snorkling bercerita,
melihat aku dan teman-teman snorkling di laut,seperti melihat korban kapal
tenggelam, karena menyebar dan terombang ambing oleh ombak. Kalau aku melihat
itu sebelumnya pastilah aku tidak akan berani. Haha. Tapi aku sudah mencobanya,
yah rugi adalah ketika kita tidak memanfaatkan kesempatan untuk mencoba semua
hal baru untuk pertama kalinya.
***
Ketika kita sudah
bisa beradaptasi dengan suatu hal, dan menjadikannya sebuah kebiasaan, maka
waktu akan berlalu begitu saja ketika kamu mengerjakannya. Ya, rutinitas ini
bernama pekerjaan. Waktu rasanya hanya berlalu begitu saja selama beberapa
bulan terakhir. Senin sampai Jumat, Sabtu dan Minggu, pekerjaan yang lebih
sering berada di balik meja. Aku menyenangi atmosfir kekeluargaan disini, banyak hal baru pula yang aku pelajari, tapi
rasanya tetap saja, hatiku berkata bukan seperti ini yang ingin aku lakukan
seterusnya.
Lalu seperti apa?
Aku memang pemimpi, tapi mimpiku tak muluk-muluk. Sederhana saja, aku ingin
menjadi ibu rumah tangga yang baik, memiliki pekerjaan yang memungkinkanku
melakukan tugasku menjadi ibu rumah tangga itu dan tinggal tidak 'terlalu' jauh
dari orang tua. Bukan seperti ini, bekerja nine to five, lima dalam tujuh hari,
hanya mempunyai jatah cuti 12 dalam 365 hari, masih pula terkadang skip weekend.
Kemudian, suatu
ketika kesempatan terbuka. Kesempatan
untuk menemukan pekerjaan yang lebih fleksibel untuk cita-citaku itu. Kesempatan untuk melakukan hal yang aku sukai yaitu
bersekolah lagi. Tetapi tentu saja itu artinya keluar dari zona nyaman, keluar
dari kebiasaan hanya duduk dan bergaji. Sesaat kemudian aku sedikit ragu.
Inikah jalan?
Tetapi kemudian aku
ingat lagi pesan temanku, Carpe diem, iya betul,
kesempatan ini, tak akan aku tahu akhirnya jika aku tidak mencobanya.
Teman yang lain
juga pernah berkata "Memang, perjalanan kita itu sudah di takdirkan,
tetapi kita wajib untuk mengusahakan. Kita baru boleh berhenti untuk mengejar
suatu mimpi, dan berkata takdir kita tidak mengarah kesana, hanya jika ketika
semua pintu kesempatan yang dicoba sudah di tutup."
Oleh karena itu,
kesempatan ini datang, kesempatan ini masih terbuka untukku, tidak ada yang
menghalangiku untuk menuju kesana selain pilihanku sendiri. Maka, kumantapkan
niat. Kubulatkan tekad. Mungkin kemudahan selama aku mengusahakannya, adalah
petunjuk dari Allah tentang jalan yang aku minta.
Berbekal semangat
dari orang tua dan teman-teman aku mantap memilih. Kuhubungi mama untuk mengatakan pilihanku
ini, mama memberi doa, semoga harapan
mama dan harapanku bertemu disuatu titik setelah aku memilih pilihan ini. Diakhir percakapan kami, mama berkata, Bulik
bilang punya teman, pria, usia cukup matang, di Magelang, sudah bekerja, dan sedang mencari pasangan
untuk menikah, kamu mau dikenalkan?
Aku terdiam, petir
menyambar.. (Haha, hashtag lebay)Tolong yaaaa... Tolong! Kamu! Kamu! Yang
katanya naksir saya, hentikan agenda berbau perjodohan ini. :(
***
Carpe diem, Quam minimum credula posteroSeize the day, Putting as little trust as possible in the next (Day)Baris puisi oleh Horace
***
Tentang pesan mama
tadi... I believe in the next day :)
tidak ada komentar
BalasHapus*Ri, ayo ketemuan! >,<
ayooo! kapan?!
Hapusayooo! kapan?!
Hapus