Einstein pernah menyatakan bahwa waktu itu relatif, bukan absolut. Waktu seperti karet. Ia bisa memanjang atau memendek, relatif, bergantung bagaimana kita memperlakukan karet tersebut. 1 detik bisa terasa seperti 1 tahun, dan sebaliknya 1 tahun bisa berlalu rasanya seperti 1 detik. Tergantung dari bagaimana kita memperlakukan waktu tersebut.
Dan bagiku, bulan
Agustus ini, adalah Agustus terpanjang yang pernah terasa. Banyaknya rencana di bulan ini membuatku
menunggu datangnya Agustus. Mulai dari pulang, dan libur selama 2 minggu,
membuatku menunggu-nunggu datangnya jauh dari bulan-bulan sebelumnya. Tiket
pulangku yang bertanggal 2 Agustus bahkan sudah dipesan 90 hari sebelum hari H.
Janji libur selama 2 minggu di Bulan Agustus
itu juga sangat aku tunggu, setelah merasakan rasanya tidak bisa libur
lebih dari 4 hari selama setahun belakangan.
8 hari dibulan
Agustus, Lebaran datang. Meskipun sudah tidak seperti anak kecil yang sangat
menyenangi hari Lebaran, aku tetap menanti datangnya lebaran itu. Menanti
membuat ketupat bersama bapak, makan soto yang cuma dimasak sekali setahun, dan
menanti berlebaran di Magelang yang selalu mengenyangkan.
9 hari kemudian, ada
acara tujuh belasan. Entah kenapa, di kampung ku, Agustusan seperti acara yang
tidak patut dilewatkan. Pertanyaan "pulang nggak pas
pitulasan?" sering dilontarkan sebagai sapaan bagi sesama perantau.
Namun ketika hari itu tiba, dan aku kebetulan sedang berada di rumah, pitulasan
seperti berlalu bergitu saja. Yah, 17 Agustus hanya akan sekedar menjadi
tanggal dan hari, jika kita tidak memaknainya.
Dan yang lebih
membuat Agustus ini sangat terasa tiap hari- harinya, adalah karena aku
menunggu. Jawaban atas banyaknya pertanyaan yang dilontarkan bapak, ibu, juga
beberapa teman yang aku beritahu, dijanjikan akan diumumkan bulan ini. Tapi
belum juga datang. Aku punya pikiran positif, bahwa Tuhan akan mengabulkan
setiap doa. Tergantung dari apa yang kita minta dan kita usahakan. Dan pada titik ini,
aku percaya, apapun hasilnya nanti adalah jawaban terbaik dari doaku.
Setiap hari dalam
bulan Agustus ini aku meyakinkan diri demikian, dan imbasnya, bulan Agustus
kali ini sungguh dapat aku hitung tiap jamnya. Ini baru hari ke-19 di bulan Agustus, tapi rasanya seperti sudah banyak bulan. Seperti karet yang ditegangkan
maksimal. Agustus kali ini menjelma menjadi Agustus terpanjang yang pernah
terasa.
Ada yang berkata, bahwa Allah mengajarkan kita melalui alam semesta. Bahwa kegelapan paling gelap adalah pada dini hari menjelang matahari terbit. Jadi ketika rasanya hari-hari ini adalah hari yang tergelap, maka katanya, "Selamat! Karena sebentar lagi matahari akan terbit... "
Semoga, Agustus terpanjang ini menjadi agustus yang Indah nanti pada waktunya. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar