Rabu, 10 Juli 2013

Jodoh, Jauh dan Dekat


Jodoh itu mendekatkan yang jauh. Menjauhkan yang dekat.


Bagaimana tidak?

Ada orang yang selalu aku temui setiap pagi, saat berangkat ke kantor, berpapasan di jalan yang rutin aku dan orang lain itu lewati. Membeli makan ditempat yang sama, menunggu di halte yang sama, berada di kendaraan umum yang sama, tapi aku tak mengenalnya. Bertemu tapi sepertinya aku tidak berjodoh untuk mengenalnya.

Sementara itu,
Ada yang terpisah jarak ratusan kilometer, tak juga saling berpapasan di jalan, 
tidak berada dalam satu kota, tapi aku mengenalnya.

Jika begitu, 
lalu berjodohkah kami untuk bertemu? Berpapasan di jalan?
Membeli makan di tempat yang sama, kemudian 
untuk berbagi tempat duduk dengannya di kendaraan umum? 
Seperti aku berjodoh untuk mengenalnya?


Tanpa Judul


Salam, salam, salam,

Terimalah salam dari kami, yang ingin maju bersama-sama..

 

400 anak dari usia 3 hingga 8 tahun memasuki ruangan, bersama-sama mereka menyanyi syair tersebut, suaranya bergema memenuhi ruangan, membuat bulu kuduk meremang, bukan karena takut tapi takjub.  Suara mereka membuatku merasakan aura ... apa ya? aura takjub dan semangat mungkin. Para tamu undangan lain sibuk tertawa senang dan memberikan tepuk tangan, tapi aku? Tersenyum pun tak bisa, aku sibuk menahan diri agar tidak menangis! Entah kenapa rasa haru muncul memenuhi kerongkonganku sehingga mataku berbayang penuh air mata. Tapi aku tidak ingin menangis di tempat ramai seperti ini. Ah, kenapa ya, aku cengeng sekali, hal begini saja membuatku ingin menangis.
 
Pernah dilain kali, aku menonton film garuda di dadaku dan King bersama rafi, aku pun tak bisa menahan untuk tidak menangis saat melihat tokoh utama mendapat semangat luar biasa cinta pada tanah airnya, lagu garuda di dadaku bergema, kemenangan yang dipersembahkan untuk negara. Hal begitu membuatku menangis terharu. Rafi, adikku, menertawakanku.

Sepertinya, jika sudah menjadi ibu nanti, mungkin aku adalah tipe ibu yang tidak akan bisa berkomentar, dan hanya bisa menangis jika melihat anakku sekedar tampil di panggung, membaca puisi, atau menyanyikan 'You are my everything'. Haha, payah sekali.

Entah, patriotisme over dosis, atau terlalu cinta pada anak-anak, atau memang karena cengeng, aku menangis pada hal yang orang lain umumnya tidak akan menangis jika melihatnya. 

Datang ke sebuah acara AICINDA  (Anak Indonesia Cinta Damai) adalah sebuah kebetulan yang mengingatkanku pada kebiasaanku yang 'aneh' ini. Acara yang aku datangi setengah hati hanya karena aku tidak menemukan alasan, untuk mengatakan tidak bisa datang. Hingga akhir acara, aku masih sibuk bertepuk tangan sambil sedikit mengusap air mata. :' )


Selasa, 02 Juli 2013

...

Dan, kemarin.
Jawaban dari pertanyaan sudah tersedia.
Tapi,
Ragu, entah kenapa datang.

Tuhan, inikah jalan?
Inikah langkahku untuk mendekat?