Tidak ada yang
kebetulan, setiap pertemuan dimaksudkan untuk terjadi sesuatu
Setiap
keberadaan, dibutuhkan untuk saling melengkapi
Kadang terpikir,
"buat apa si kecoa itu ada?". Bau, menggelikan. Sepertinya jika tak
ada kecoa pun, hidupku akan tetap berjalan, tak ada orang yang merasa rugi.
Kecuali mungkin para peneliti kecoa, pecinta kecoa, atau para pecinta binatang, yang memelihara
binatang yang harus diberi makan kecoa. Haha, sepertinya aku sudah menjawab
sendiri pertanyaan "buat apa kecoa ada?". Tapi, ternyata kecoa
berguna lebih dari sekedar untuk diteliti peneliti, dicintai pecintanya, atau
dimakan pemakannya. Kecoa merupakan hewan yang dapat mengurai nitrogen dari
sampah-sampah, untuk dapat digunakan tanaman untuk hidup. Kecoa makan sampah,
didalam perut kecoa nitrogen dalam sampah dibuang lewat pup-nya. Pup
mengandung nitrogen diserap tanaman. Tanaman hidup, dapat menghasilkan oksigen
untuk bernafas. Tanaman sayur dapat dimasak, dijual dan dimakan. Dan.... Jika
ditarik garis panjang, mungkin saja tanaman yang "diberi" jatah nitrogen
oleh kecoa untuk hidup itu memberikan oksigen yang kebetulan aku hirup, dan
mungkin juga tanaman itu yang akhirnya ada dalam bentuk oseng sayur di piring
makanku. Dalam hubungan yang jauh, kecoa ada gunanya untukku.
Things happend
for a reason
Tidak ada yang
kebetulan, setiap perpisahan pun juga dimaksudkan untuk sesuatu.
Seorang teman
pernah mempertanyakan, setelah menonton Habibie & Ainun. Kenapa Pak Habibie dan Bu Ainun tidak ditakdirkan saja untuk terus bersama? Apa yang masih harus pak
Habibie lakukan sehingga bu Ainun harus pergi lebih dulu?
Dan jawabannya aku
temukan persis keesokan harinya setelah aku -akhirnya- juga menonton Habibie
Ainun. Dalam Talk show disalah satu Televisi swasta. Pak Habibie sendiri juga
tak pernah menyangka, kenapa bu Ainun harus pergi lebih dulu. Beliau selalu
percaya bahwa pada akhirnya nanti beliaulah yang akan pergi lebih dulu. Ketika Bu Ainun dipanggil, berpulang ke Rahmatullah, Pak Habibie sedih, sedih yang
amat sangat, hingga beliau sakit. Sakit yang tak dapat diobati karena sumber
sakit beliau adalah kondisi psikologisnya, kondisi sakit yang disebut
Psikosomatik.
Dokter beliau
memberikan 4 opsi , pertama, beliau harus diberi obat, seperti pasien-pasien
sakit jiwa. Kedua , ketiga opsi lain aku lupa persisnya. Opsi keempat, beliau
harus mencurahkan isi hati beliau kepada seseorang, psikiater, atau mungkin
lewat tulisan. Pak Habibie memilih opsi yang terakhir, mencurahkan kesedihannya
dalam bentuk buku. Hingga akhir beliau menulis, beliau mulai menyadari, kenapa
Allah memanggil Bu Ainun lebih dulu. Jika Bu Ainun yang ditinggal Pak Habibie,
mungkin Bu Ainun tak akan mencurahkan kesedihannya kepada siapa pun karena
kepribadian beliau yang introvert. Tak akan ada buku Habibie & Ainun, tak akan
ada Film Habibie & Ainun, tak akan sebanyak ini orang tahu tentang kisah cinta
mereka. Tak akan ada orang yang seperti aku yang terinspirasi oleh kesejatian
cinta mereka. Ya, perpisahan pun
dimaksudkan untuk sesuatu.
Things happend for a reason
Tidak ada kebetulan,
walau menengok pada diriku sendiri, sepertinya banyak sekali kebetulan-kebetulan yang aku temui. Seperti
kebetulan sekali, aku melihat lowongan kerja pada situs yang sudah lewat deadline sebenarnya, tapi
entah kenapa aku tetap mengirim aplikasiku.
Kebetulan kemudian aku diterima bekerja di tempatku sekarang, dimana
biasanya mereka mencari pekerja lewat rekomendasi dari internal organisasi
tersebut. Kebetulan juga ketika akhirnya aku memutuskan mau bekerja disana,
kemudian mulai mencari tempat tinggal (kos) aku berhenti pada sebuah warung.
Warung bernama depot surabaya yang kemudian menunjukkan pada sebuah kos yang aku
tinggali sekarang. Kos ini juga tidak pernah memasang plang karena biasanya
yang bisa tinggal di kos ini, juga rekomendasi dari orang yang pernah tinggal
di kos ini sebelumnya. Kebetulan sekali.
Tapi, thing happend
for a reason, right?
Kebetulan-kebetulan
ini, pasti penunjuk jalan untuk sesuatu. Sesuatu yang lebih dari sekedar
untuk melihat ondel-ondel secara
langsung. Atau melihat dan merasakan
banjir secara langsung pula. Atau menjadi pengguna jalan macet ibukota yang
biasanya hanya dilihat dari televisi. Lebih dari itu, keberadaanku disini pasti
dimaksudkan untuk sesuatu.
Kota dengan lautan beton |
Di kota yang masih terasa bukan kota tempat tinggal
impian ini, aku masih saja bertanya, untuk melakukan apa ya aku disini? Untuk menghasilkan
apa? Atau,untuk bertemu siapa?
***
Untuk kamu saya ada,dan untuk saya, kamu adaKita hadir untuk menyempurnakan satu sama lain-Dee, Akar-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar