Hari ini Kartini
lahir, hari yang diperingati sebagai hari emansipasi wanita di negeri ini. Hari yang jika ini adalah bukan hari libur,
maka akan banyak sekolah atau instansi merayakannya dengan cara menghimbau anak
didik nya mengenakan kebaya -seperti yang Kartini kenakan difoto-fotonya-.
Memoriku bersekolah selama kurang lebih 17 tahun, mengingatnya sebagai hari
yang demikian.
Mudahnya pendidikan
saat ini sepertinya berbanding terbalik dengan semangat pelajarnya. Saat ini,
ketika bel istirahat atau bel pulang berbunyi, para siswa keluar dari kelas
dengan wajah dan perasaan lebih seperti keluar dari penjara rutinitas,
dibandingkan wajah puas belajar. Aku pernah merasakan sekolah sebagai hal yang
demikian ini. Haha.
Mungkin melihat apa
yang diperjuangkannya dulu sudah tercapai, tetapi begitu disepelekan seperti
ini,Kartini akan sedih. Pendidikan, saat
ini mungkin seperti memakan makanan, tapi hanya dikunyah saja, tanpa ditelan.
Sekolah dan belajar itu mudah didapat, tetapi dilaksanakan sebagai sebuah
rutinitas, bukan kebutuhan.
Entah..
Kemudian disisi
lain, ada beberapa profesi lain memaknai hari Kartini bukan hanya dari
perjuangannya, tapi kematiannya. Dosen-dosen ku ketika kuliah kebidanan, sering
berkata, kita mengenang Hari Kartini lebih dari hanya sebagai simbol emansipasi
wanita. Tetapi karena kematiannya yang terjadi beberapa hari setelah dia
melahirkan. Lepas dari berbagai kontroversi penyebab kematiannya, dosenku
meyakini bahwa penyebab kematiannya adalah komplikasi setelah melahirkan, yang
jika seandainya dulu, akses terhadap bidan dan dokter sudah mudah, kematian ibu
muda ini tidak perlu terjadi.
Maka profesi kami,
bidan, memaknai bahwa di hari Kartini,
kita mengenang, dengan upaya pelayanan bidan saat ini, seharusnya tidak
perlu lagi ada Kartini-Kartini lain yang harus meninggal dikarenakan proses
kelahiran, yang mana merupakan kodrat fitrah
yang nantinya akan dialami oleh semua wanita.
Selamat Hari
kartini, dan Selamat menuju peringatan 5 Mei, Hari Bidan Sedunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar