Sebuah pameran foto di Solo Grand Mall, pada suatu waktu setelah menghadiri pernikahan teman |
Hari ini awalnya
merupakan hari yang biasa, sebagaimana layaknya rutinitas hari kerja. Hingga
temanku, yang sudah menikah, yang usianya 1 tahun lebih muda dari ku,
mem-forward sebuah artikel yang dia baca.
"Ini cocok buat
mbak Ari baca nih.." ujarnya.
Intinya, artikel itu
bercerita tentang seorang pemuda yang masih kuliah dan bekerja sambilan yang
memiliki niat untuk menikah. Tidak diperbolehkan orang tuanya menikah karena
alasan ekonomi, tetapi dia berkeyakinan dia merasa sudah mampu untuk menikah. Bukan
karena sudah ada pasangan yang memintanya tetapi karena ia rasa sudah saatnya.
Hingga ia akhirnya mendapat restu orang tua, menemukan pasangan yang cocok,
akhirnya dia menikah dalam keadaan kekurangan, terus sampai hidupnya sudah
mapan memiliki anak dan pekerjaan yang tetap. Asal ada niat, bisa. Begitu pesan
yang aku tangkap.
Selesai membaca, aku
hanya menoleh dan tersenyum.
Kemudian siang
berlalu, menjelang sore aku ke dapur, mendapati bapak, salah satu karyawan yang
berusia seumur bapakku, berkata "Biar cepet ketemu jodoh yah?"
sebagai balasan ketika aku berkata aku sedang berpuasa hari ini. Wah, kembali ke
topik ini. Kemudian Bapak tersebut bertanya umurku (yang kemudian aku jawab
24), dan mengatakan umurku sudah sewajarnya untuk menikah. "Puasa yang
rajin mbak, biar dimudahkan" bapak itu menambahkan.
Kembali ke mejaku,
aku ingat tadi siang aku mengunjungi sebuah blog, yang oleh penulisnya di
khususkan untuk bercerita tentang persiapan pernikahannya. Kebetulan aku adalah
pembaca setia blog nya yang lain secara diam-diam. Aku sangat kagum pada
kehidupan penulisnya yang lahir di tahun yang sama dengan kelahiranku, tetapi
sudah mencapai banyak hal yang hingga saat ini aku pun masih mengeja bahkan
hanya untuk mengatakannya.
Membaca perjalanan
hidupnya saja sudah begitu menyenangkan, dan sangat menarik, aku sangat
penasaran bagaimana rasanya jika menjadi tokoh yang menajalaninya. Hingga
kemudian hari ini, aku menemukan jurnal khususnya (dan pasangannya) yang
menceritakan tentang persiapan pernikahannya. Pasangan Arsitek dan Perencana
tata kota. Bahkan dari kartu souvenir dan undangannya pun mereka design
sendiri, nyeni, dan filosofis. Ada alasan dalam setiap pemilihan. Bagus dan
unik. Sebagai catatan dia menambahkan list yang harus dilakukan H-365 yang
harus dilakukan menjelang pernikahan. Persiapan acara pernikahan itu sudah
dimulai 1 tahun sebelum hari pernikahan meraka. Wow.
Maka, aku menafsirkannya
begini, bahwa : butuh waktu jauuuh lebih dari 1 tahun untuk menentukan menikah. Persiapan acara pernikahan saja sudah
butuh waktu 1 tahun, belum dihitung persiapan diri, dan waktu untuk
menemukan pasangan yang dirasa tepat. Sehingga
sepertinya jika diterapkan padaku -yang persiapannya masih dari sangat
nol (baru mulai mencari pasangan yang tepat)- maka secara hitung kasar manusia,
akan terjadi setelah jangka waktu sekian, yang mungkin bisa dikatakan lama.
Huaaa *berteriak dalam hati* :D
Menikah, bagiku
adalah sebuah kata manis, yang tentu saja aku inginkan. Tapi pernikahan adalah
sebuah perjanjian besar antara sepasang hamba Tuhan dengan Tuhannya. Sehingga
dengan menikah genaplah Agamanya. Menikah tidak bisa sebagai ajang percobaan,
sehingga diputuskan dalam waktu sangat singkat, tetapi aku rasa juga bukan hal
yang terlalu sulit hingga butuh persiapan waktu lebih dari 1 tahun bahkan hanya
untuk persiapan acaranya.
Hal itu lebih
seperti misteri, tentang bagaimana caranya,kapan waktu nya, dengan siapa.
Komitmen besar pada diri sendiri, akan bersama dengan satu orang, itu saja
hingga akhir hayat. Dengannya akan menghabiskan masa senja, dengannya
membesarkan anak-anak, dengannya meraih mimpi-mimpi yang belum terlaksana,
merasakan gelombang kehidupan, menerima kekurangannya, bahkan hingga belajar
menyukai kebiasaan buruknya.
Dan hal tersebut
tidak bisa diawali dengan niatan karena sudah malas sendiri, biar ada yang
memperhatikan, karena sudah malas mencari yang lain , dan sederet alasan yang
mengindikasikan malas dan kepasrahan lainnya.
Aku ingin ketika aku
memutuskan untuk menikah nanti, karena aku yakin, inilah saatnya, bahwa dia
memang membutuhkan aku sebagai pelengkap hidupnya. Dan, untuk sampai pada saat
itu, aku juga tidak yakin akankah membutuhkan waktu dalam hitungan tahun, atau
mungkin secepat terbit dan terbenamnya matahari. Tuhan yang lebih tahu.
Jadi, tentang hari
ini ...
Menikah? Okey, I'll
take it as reminder. *senyum*
***
Sembari menunggu waktu berbuka, 21 Maret 2013.
sama. waktu satu per satu undangan nikah temen diterima.. mau nggak mau sedikit tersentil "Gileee.... ngapain selama ini aku masih single.." (-___-")
BalasHapusHaha, rasanya kayaknya selama ini jalan kesana sini, tapi nggak sadar diri :D
Hapuspadahal banyak yang merhatiin #ehm! :p
Hapus