Senin, Selasa aku masih tak punya rencana untuk mengakhiri weekend panjang kemarin, tapi kemudian, dimana aku hari kamisnya? Lombok!
Sungguh, tidak disangka. Suatu waktu, bersama dengan teman-teman kos pernah berkeinginan (mungkin tepatnya berandai-andai) suatu saat akan touring, ke Lombok salah satunya. Dan kini, cepat sekali salah satu keinginan itu terkabulkan.
Jakarta, 9 Mei 2013, pukul 10.00 WIB kami sudah berkumpul dan bersiap untuk terbang ke lombok. Kami? Ya, ber-10, dari kantor. Tiga jam kemudian, pukul 13.30 kami tiba di Praya, Lombok. (2 jam perjalanan ditambah 1 jam penyesuaian waktu ke WITA)
Sungguh, tidak disangka. Suatu waktu, bersama dengan teman-teman kos pernah berkeinginan (mungkin tepatnya berandai-andai) suatu saat akan touring, ke Lombok salah satunya. Dan kini, cepat sekali salah satu keinginan itu terkabulkan.
Jakarta, 9 Mei 2013, pukul 10.00 WIB kami sudah berkumpul dan bersiap untuk terbang ke lombok. Kami? Ya, ber-10, dari kantor. Tiga jam kemudian, pukul 13.30 kami tiba di Praya, Lombok. (2 jam perjalanan ditambah 1 jam penyesuaian waktu ke WITA)
Welcome to Lombok! :) |
Sampai disana kami disambut oleh Tour Guide, pemandu. Kalau pergi ke Bali kita akan diberi bunga kamboja kuning sebagai ucapan selamat datang, tapi di Lombok kami dikalungi tenun lombok. Mobil sudah disiapkan, dan rombongan kami langsung dibawa untuk makan siang di salah satu Restoran di Pantai Kuta (yang punya Kuta, tidak hanya Bali saja ternyata)
Pantai Tanjung Aan
Objek pertama kami setelah makan adalah Pantai Tanjung Aan, yang berjarak 1 jam perjalanan dari Pantai Kuta. Selama waktu 1 jam tersebut tentu saja aku mengamati sekitar, sepanjang perjalanan. Jalan - jalan disana cenderung sepi, sama sekali tidak macet. Lebih mengingatkanku pada jalan-jalan sepi di Jalan raya Moga-Randudongkal (haha, kalo ini sangat subjektif sekali). Nuansanya masih sangat alami, jarak rumah antar rumah sepanjang perjalanan lumayan jauh, tidak seperti jawa yang padat. Turis ber-seliweran naik motor, sambil membawa papan surf. Tidak ada angkot disini, sangat jarang, sehingga turis yang tidak seperti kami (dijemput pemandu) pasti menggunakan motor untuk bepergian dari tempat penginapannya.
View dari mobil |
Tidak terasa tujuan semakin dekat, Tanjung Aan sudah terlihat, dari jauh saja sudah kelihatan indah. Apalagi dari dekat?
dari bukit Pantai Tanjung Aan |
Matahari yang terik, karena saat itu sudah pukul 15.00 WITA tidak menyurutkan keinginan kami untuk berfoto-foto. Tapi, kami belum ingin berbasah-basahan, karena itu kami lebih memilih naik ke atas bukit.
Subjek foto temanku adalah potret yang sedang memotret. |
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke desa wisata suku sasak, ende.
Meskipun masih tradisional, mereka sudah mengenal teknologi rupanya, sepeda motor, iya kan?
Ini adalah rumah adat suku sasak, dan bagian ini adalah rumah yang lantainya di keraskan dengan kotoran sapi sebagai pengganti semen agar rumah mereka tidak berdebu. Beruntungnya sedang tidak ada demonstrasi langsung pengepelan lantai dengan kotoran itu. Selamat dari bau tidak sedap. :D
suasana perkampungan |
beberapa foto dari kamera teman |
Selesai berkeliling, kami melanjutkan perjalanan menuju desa sukarara (dibaca: Sukarare, e pada kata gelap) Desa penenun, begitu kata pemandu. Disini kami bisa mencoba menenun, proses yang rumit dan berulang, sangat membutuhkan kesabaran. Perempuan yang menenun terikat pada tali dan kayu, sehingga aku langsung berceletuk "seperti dipasung yah.." dan langsung dijawab "iya betul", oleh ibu penenun tersebut.
Beautiful Old Lady |
tenun lombok, sukarara - kamera teman |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar