Berteman dengan mu
selalu menyenangkan. Aku ingat,
suatu ketika sedang suntuk tiba-tiba kamu
memberi solusi mengajakku ketempat dan melakukan hal yang sangat aku suka, ke
pantai dan melihat senja. Untuk bepergian dengan waktu tempuh kurang lebih 1
jam, caramu mengajak seperti pergi ke warung membeli jajan, kepikiran dan
langsung jalan. Aku ingat bahkan tak salah satu dari kita yang memakai jaket.
Betapa beruntungnya
aku, langit yang mendung saat
itu, ternyata setengah jam menjelang terbenam matahari langit barat bebas awan. Senja sore itu, langit barat jingga merona dan aku hanya bisa tersenyum ternganga melihatnya. Kutoleh langit timur, kearah pandanganmu, dan kulihat pelangi. Aku hari itu bagai anak kecil yang dibelikan permen. Senang.
Kapan hari lagi,
begitu lagi, senja atau waktu lain, tempat sama atau tempat yang lain. Tak terasa terkumpul banyak folder file foto, yang jika aku ingat dengan siapa, maka jawabannya adalah denganmu waktu itu aku habiskan.
Kemudian, suatu
saat pernah kau utarakan tentang suatu kekhawatiran.
Karena katamu tiba-tiba terpikir olehku, jangan-jangan, nanti akan ada lebih banyak kenangan seperti senja saat itu denganmu dibandingkan dengan suamiku kelak.
Maka, selain seperti
yang sudah aku katakan sebelumnya, ini lah sebenarnya alasan yang paling jujur
dari sikapku yang mungkin kau anggap sebagai perubahan. Lalu sekejap saja
rasanya, semua memburuk seperti sekarang. Dan aku kini... tak tahu harus bagaimana.