"Kenapa cinta
pertama ya?" Sudah lama aku ingin bercerita tentang hal ini, tapi masih banyak
pertanyaan tentangnya yang belum terjawab. Tak bisa aku simpulkan jawabnya.
Hingga ..... aku lupa.
Kemudian belakangan
aku baru saja menyelesaikan menonton sebuah drama. Setelah bosan dengan
cerita-cerita tentang perebutan kekuasaan, kekayaan, balas dendam yang tidak
ada habisnya, juga hal-hal yang tidak masuk akal, akhirnya aku kembali
menemukan drama dengan tema biasa-biasa saja, hanya tentang cinta. Cinta kepada
idola, teman, orang tua, saudara, dan juga cinta pertama. Pertanyaanku terasa
terjawab pada epilog drama, setelah 45 menit x 16 durasi drama tersebut.
The reason why we
think first love is beautiful is not because people we first loved were
actually handsome, or pretty.
It's
because we were unconditional, innocent, or a bit stupid at the time of first
love.
And because, we know we can never
go back to young, passionate time of our days.
Jadi seperti kata
seorang tokoh motivator, Mario Teguh tentang cinta pertama yang juga senada,
"yang kita kagumi dari cinta pertama, bukanlah ia yang kita cinta. Tapi
diri kita sendiri yang bisa mencinta."
First love is a bit
rash.
Without any calculation, we throw ourselves with passion and finally come
to face failure.
But it is at the same time dramatic. It comes with
inexplicable feelings that we never get to experience again.
Teringat percakapan
dengan teman, tentang ketidaksukaanku pada makanan yang menyisakan aroma bawang
putih mentah di mulut. Dia bilang, "aroma bawang putih itu memang susah
hilang yah, kayak cinta pertama."
Yang kemudian langsung disambut tawa, dan ungkapan nada persetujuan, "Eh,
Iya yah" :-)
So first love
becomes the most dramatic moment of our lives.
It's okay to fail. Tragic
stories stays longer than "happily ever after".
It's nice to have
that wonderful story as one chapter of one's life.
Seperti kisah
Titanic yang sampai sekarang masih aku ingat jelas, masih banyak di suka.
Bahkan mungkin bisa dikatakan melegenda, seperti Romeo & Juliet, Sampek Eng
tay, Laila Majnun. Meskipun rasanya sangat disayangkan kenapa tidak berakhir
bersama, tapi justru karena rasa ketidakpuasan dan kekecewaan itu membuat
cerita menjadi lebih terkenang.
First love is a
periode of time. It never comes back.
If the next love comes, time has to yield
for that new love.
It might not be as innocent as the first love, but
it would
be a little more mature, due to the pain suffered with the first love.
Nah, ini yang
seharusnya terjadi setelah kita bisa berdamai dengan kata-kata
"first" untuk kemudian membuka hati untuk menerima. Tuhan lebih tahu, siapa terbaik untuk kita.
A person who dreams
of love is the one who waits.
And a person who waits can recognize the love
when it comes near him.
Tentu saja! "
Radar Neptunuuuuusssss...." (sembari dua jari, jempol dan telunjuk dua
tangan beradu di sisi kepala, menjadi semacam antena)
After the romance,
the real life comes in,
innocent gets dirty,
passion gets cold,
and youth get old
with cleverness.
So first love
becomes part of the one's exhausted daily life.
Thats why first love
looks like it can't be accomplished.
Pertanyaan
sepertinya terjawab.
***
Drama : Replay to
1997.