"Kamu itu orang jawa yang gak tau adat ya!" seru temanku suatu ketika.
Deg! Aku tidak
pernah di katakan begitu oleh orang lain sebelumnya. Aku melongo dan terdiam,
teman-teman satu kantor yang lain tertawa seketika mendengar kata itu. Mereka
paham maksud asli perkataan itu adalah aku itu orang jawa, tapi tidak begitu
mengetahui adat istiadatku sendiri, adat jawa. Tetapi cara temanku berkata
seolah-olah aku ini anak yang tidak tahu adat, tidak tahu sopan santun, karena
itu mereka spontan menertawakanku.
Awal mulanya, kami
sedang membicarakan nama motif batik dan asal tempatnya. Waktu itu yang
kebetulan hari jumat, sebagian besar pegawai kantor memakai batik. Aku ditanya,
"Eh, kamu kan
yang orang jawa, yang ini batik apa? Dari mana? "
Aku cuma tersenyum,
dan "dari mana ya? Nggak tahu,"
"Ih, kamu tu
orang jawa apa orang mana si? Dulu ditanya lagu daerah yang 'duku opo salak'
nggak ngerti, batik juga nggak ngerti "
Aku cuma tertawa dan
ber-ha-ha, he-he. Dan Keluarlah kata-kata itu.
"Kamu itu orang
jawa yang gak tau adat ya!"
Tapi, benar sekali,
aku memang jawa yang tidak njawa, punya batik cuma beberapa, cuma butuh satu
tangan untuk menghitungnya. :D. Tahu tentang batik, juga tidak, padahal batik
kan sekarang sudah modern, tetapi aku tetap tidak pernah berusaha mencari tahu.
Ah, aku memang sepertinya tidak pantas disebut orang jawa. Karena itu akhirnya
aku mulai bertanya pada yang-selalu-bisa -menjawab-pertanyaan. Google. Hingga
kemudian, dari sekian banyak motif dan filosofinya, aku menemukan satu batik
yang dari namanya saja langsung menarik hatiku. Truntum.
motif truntum |
Asal kata tumaruntum yang berarti cinta yang tumbuh kembali.
Pencipta motif ini adalah Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana
III).Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa
syarat,abadi dan semakin lama terasa semakin subur berkembang.
Konon Gusti Kanjeng
Ratu Kencana menciptakan batik ini dalam keadaan sedih karena beliau terancam
diceraikan oleh suaminya yang bermaksud menikahi dan mengangkat permaisuri
lain. Dalam keadaan itu beliau mengasingkan diri. Dan ketika malam tiba beliau
melihat bintang dan kemudian menciptakan motif ini. Jadi inspirasinya adalah
bintang di langit. Bintang simbol dari kesetiaan dan kasih tanpa menuntut
balas. Dan ketika Paku Buwana III mengetahuinya beliau merasa sangat tersentuh
dan membatalkan rencana pernikahannya dan Kanjeng Ratu Kencana tetap sebagai
ratu.
Ternyata dari motif
batik yang sederhana yang seperti bertabur cahaya bintang di langit coklat tua
itu mengandung makna yang dalam dari si pembuatnya. Dan itu hanya sekelumit
dari seni dan filosofi batik yang begitu beragam. Belum lagi tentang kebudayaan
yang lain. Ah, jawa, ternyata baru sedikit saja aku mengenalinya. Baiklah, aku
terima, aku memang jawa yang belum njawa,
dan bolehlah dikatakan seperti kata temanku-dengan sedikit perubahan-," Jawa yang 'belum' tahu adat
!" :D
*Foto dan sejarah dari berbagai sumber.
yup! konon hasil batik itu mencerminkan hati yang mbuat
BalasHapusiyaa, so sweet nik, :')
Hapussayang, telat banget aku belajar batiknya. :D