Selasa, 18 Juni 2013

Move 'without' On

Menurutku, aku  termasuk orang yang setia pada pilihan pertamanya sendiri. 

Terutama dalam memilih tempat tinggal (baca: Kos, baca : kamar kos). Dulu, tiga tahun di Purwokerto, aku menetap di tempat yang sama tidak pindah, padahal tempat kosku saat itu bisa dibilang jauh untuk ditempuh dengan jalan kaki.  Tiga tahun di Magelang, aku pindah satu kali, itu pun juga karena satu hal yang mengharuskan pindah, tempat kos akan direnovasi.

Rekorku adalah di Semarang, dua tahun di Semarang, pindah dua kali, yang berarti 3 kos aku tempati. Dan sekarang, karena satu dan lain hal, aku diharuskan pindah kamar. H-a-n-y-a pindah kamar, dan keenggananku setengah mati. Sampai hari itu juga yang akan menempati kamarku datang, aku baru berkemas dan memindahkan barang. Rasanya sungguh malas berkemas. Karena bagiku berkemas hanyalah pada saat aku akan meninggalkan rumah (berpindah ke kota lain), dan kemudian saat aku harus berpindah dari kota itu karena tugasku disitu sementara sudah selesai. Jadi berkemas itu membutuhkan effort yang besar untukku. Yah, mungkin, setia itu hanya berbeda tipis dengan malas, dan enggan. (Hehe)

Menurutku setiap tempat yang telah kita tinggali itu seperti telah memiliki aura kita.  Ada sebagian jiwa kita yang tertinggal disana, sehingga setiap berada di tempat tersebut kita merasa nyaman. Aku sering merasakan sensasi nyaman itu jika bepergian dari arah jogja atau Solo ke rumah, maka ketika aku sudah tiba di Purwokerto, meskipun masih tersisa beberapa jam perjalanan, aku sudah merasa nyaman dan 'aman'. Kalaupun ada suatu kejadian yang membuatku harus berganti-ganti kendaraan disini, aku tidak khawatir, karena aku mengenal kota ini, begitu pikirku.

Begitu pula kamar, menghadirkan rasa nyaman, dan terasa seperti rumah itu membutuhkan waktu lama.  Karena di kota perantauan tentu saja hanya kamar itu yang bisa dianggap hak milik dan aku sebut 'rumah' sebagai tempat kembali. Karena itu ketika aku lelah, yang terbayang olehku 'masih' kasur dan kamarku yang dulu.

Yah, tapi tak ada yang salah dengan tempat baru. Setidaknya disini aku bisa punya jendela, bisa mendengar suara kicau burung dipagi hari, walaupun disela suara riuh rendah bunyi kendaraan di kejauhan. Dan, setidaknya bisa mengintip suasana pagi kota jakarta yang sebelumnya tidak kudapat dari kamarku dulu.

Pagi yang mengintip dari jendela
Okey, Selamat pagi! Hari ini aku harus berangkat lebih pagi, dan  akan menjadi bagian dari warga ibu kota yang berdesak-desakan di halte dan moda transportasi Bus way!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar