Kamis, 21 Maret 2013

Reminder

Sebuah pameran foto di Solo Grand Mall, pada suatu waktu setelah menghadiri pernikahan teman




Hari ini awalnya merupakan hari yang biasa, sebagaimana layaknya rutinitas hari kerja. Hingga temanku, yang sudah menikah, yang usianya 1 tahun lebih muda dari ku, mem-forward sebuah artikel yang dia baca.

"Ini cocok buat mbak Ari baca nih.." ujarnya.

Intinya, artikel itu bercerita tentang seorang pemuda yang masih kuliah dan bekerja sambilan yang memiliki niat untuk menikah. Tidak diperbolehkan orang tuanya menikah karena alasan ekonomi, tetapi dia berkeyakinan dia merasa sudah mampu untuk menikah. Bukan karena sudah ada pasangan yang memintanya tetapi karena ia rasa sudah saatnya. Hingga ia akhirnya mendapat restu orang tua, menemukan pasangan yang cocok, akhirnya dia menikah dalam keadaan kekurangan, terus sampai hidupnya sudah mapan memiliki anak dan pekerjaan yang tetap. Asal ada niat, bisa. Begitu pesan yang aku tangkap.

Selesai membaca, aku hanya menoleh dan tersenyum.

Kemudian siang berlalu, menjelang sore aku ke dapur, mendapati bapak, salah satu karyawan yang berusia seumur bapakku, berkata "Biar cepet ketemu jodoh yah?" sebagai balasan ketika aku berkata aku sedang berpuasa hari ini. Wah, kembali ke topik ini. Kemudian Bapak tersebut bertanya umurku (yang kemudian aku jawab 24), dan mengatakan umurku sudah sewajarnya untuk menikah. "Puasa yang rajin mbak, biar dimudahkan" bapak itu menambahkan.

Kembali ke mejaku, aku ingat tadi siang aku mengunjungi sebuah blog, yang oleh penulisnya di khususkan untuk bercerita tentang persiapan pernikahannya. Kebetulan aku adalah pembaca setia blog nya yang lain secara diam-diam. Aku sangat kagum pada kehidupan penulisnya yang lahir di tahun yang sama dengan kelahiranku, tetapi sudah mencapai banyak hal yang hingga saat ini aku pun masih mengeja bahkan hanya untuk mengatakannya.

Membaca perjalanan hidupnya saja sudah begitu menyenangkan, dan sangat menarik, aku sangat penasaran bagaimana rasanya jika menjadi tokoh yang menajalaninya. Hingga kemudian hari ini, aku menemukan jurnal khususnya (dan pasangannya) yang menceritakan tentang persiapan pernikahannya. Pasangan Arsitek dan Perencana tata kota. Bahkan dari kartu souvenir dan undangannya pun mereka design sendiri, nyeni, dan filosofis. Ada alasan dalam setiap pemilihan. Bagus dan unik. Sebagai catatan dia menambahkan list yang harus dilakukan H-365 yang harus dilakukan menjelang pernikahan. Persiapan acara pernikahan itu sudah dimulai 1 tahun sebelum hari pernikahan meraka. Wow.

Maka, aku menafsirkannya begini, bahwa : butuh waktu jauuuh lebih dari 1 tahun untuk menentukan menikah. Persiapan acara pernikahan saja sudah  butuh waktu 1 tahun, belum dihitung persiapan diri, dan waktu untuk menemukan pasangan yang dirasa tepat. Sehingga  sepertinya jika diterapkan padaku -yang persiapannya masih dari sangat nol (baru mulai mencari pasangan yang tepat)- maka secara hitung kasar manusia, akan terjadi setelah jangka waktu sekian, yang mungkin bisa dikatakan lama. Huaaa *berteriak dalam hati* :D

Menikah, bagiku adalah sebuah kata manis, yang tentu saja aku inginkan. Tapi pernikahan adalah sebuah perjanjian besar antara sepasang hamba Tuhan dengan Tuhannya. Sehingga dengan menikah genaplah Agamanya. Menikah tidak bisa sebagai ajang percobaan, sehingga diputuskan dalam waktu sangat singkat, tetapi aku rasa juga bukan hal yang terlalu sulit hingga butuh persiapan waktu lebih dari 1 tahun bahkan hanya untuk persiapan acaranya.

Hal itu lebih seperti misteri, tentang bagaimana caranya,kapan waktu nya, dengan siapa. Komitmen besar pada diri sendiri, akan bersama dengan satu orang, itu saja hingga akhir hayat. Dengannya akan menghabiskan masa senja, dengannya membesarkan anak-anak, dengannya meraih mimpi-mimpi yang belum terlaksana, merasakan gelombang kehidupan, menerima kekurangannya, bahkan hingga belajar menyukai kebiasaan buruknya.

Dan hal tersebut tidak bisa diawali dengan niatan karena sudah malas sendiri, biar ada yang memperhatikan, karena sudah malas mencari yang lain , dan sederet alasan yang mengindikasikan malas dan kepasrahan lainnya. 

Aku ingin ketika aku memutuskan untuk menikah nanti, karena aku yakin, inilah saatnya, bahwa dia memang membutuhkan aku sebagai pelengkap hidupnya. Dan, untuk sampai pada saat itu, aku juga tidak yakin akankah membutuhkan waktu dalam hitungan tahun, atau mungkin secepat terbit dan terbenamnya matahari. Tuhan yang lebih tahu.

Jadi, tentang hari ini ...
Menikah? Okey, I'll take it as reminder.  *senyum*

 ***


Sembari menunggu waktu berbuka, 21 Maret 2013.

3 komentar:

  1. sama. waktu satu per satu undangan nikah temen diterima.. mau nggak mau sedikit tersentil "Gileee.... ngapain selama ini aku masih single.." (-___-")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, rasanya kayaknya selama ini jalan kesana sini, tapi nggak sadar diri :D

      Hapus
    2. padahal banyak yang merhatiin #ehm! :p

      Hapus