Tampilkan postingan dengan label Lombok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lombok. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Mei 2013

Lombok #3


Hari ketiga, hari terakhir di Lombok. Jadwal hari itu adalah packing (dengan barang bawaan yang bertambah jumlahnya) dan menikmati hotel. Kemudian jelajah kota mataram, Ampenan, Cakranegara dan  ke desa pembuat Gerabah di Banyumulek, kemudian pulang.

Menurut pemandu, hotel yang kami tempati ini, Sheraton, merupakan hotel terbaik di Lombok. Hotel ini memiliki kawasan pantai, Pantai yang berada di arah barat ini pasti dimaksudkan agar mendapatkan pesona sunset di Pantai hanya dengan menengok beranda (yang sayangnya tidak aku jumpai, karena kami selalu pulang malam). Jadi beranda kamar persis menghadap ke pantai. Berurutan, kamar, halaman, kolam renang, dan pantai, hanya berjarak beberapa meter saja. Jadi aku bisa merasakan bangun pagi, dan langsung jalan-jalan di pantai seperti jalan ke pekarangan rumah saja. :D
 
sebut saja pantai Sheraton
Lombok ternyata pulau yang kecil, menurut pemandu, jarak antara ujung barat dan ujung timur hanya 80 Km. Dari 3 hari perjalanan kami, kami sudah menyentuh 4 bagian dari Lombok, Lombok Barat, Lombok utara, lombok tengah, dan Kodya Mataram. Hanya Lombok Timur saja yang belum.  Walaupun pulau kecil, tentu saja tiga hari tidak cukup untuk menjelajahi semua, dan mencoba semua yang ada di Lombok ini. Jika dibandingkan, apalah waktu 3 hari, aku saja yang walaupun sudah 24 x 365 hari berada di Pulau Jawa, belum pernah mengunjungi semua bagian dari Jawa , yang 800-an Km jarak dari ujung barat ke ujung timurnya.

Untuk kekurangan waktu itu, tentu saja ada doa bersamaan dengan melayangnya kami kembali ke Jakarta. Semoga dilain waktu, suatu saat aku bisa kembali kesana. Semoga dilain waktu aku bisa mengunjungi bagian lain dari Indonesia selain pulau Jawa. Semoga dilain waktu, aku yang orang jawa ini akan pernah merasai, semua bagian dari pulau jawa.

***
Oh iya, ternyata terbang malam itu memesona mata. Kuberitahu senjatanya (yang kudapatkan dari teman) Jika kamu terbang malam menuju Jakarta, pilih seat window A, karena yang akan dilihat nanti adalah daratan. Dan, pemandangan malam pelabuhan itu cantik sekali dilihat dari atas. Lampu kapal-kapal yang baru akan berlayar berpendar di laut yang terlihat hitam, seperti butir permata atau emas di atas karpet hitam. Ah, Cantik! :) Sayang tidak bisa kuabadikan. Hanya ini saja, sebagai penutup "my amazing 3 day trip".

Meski sudah petang, tapi dibalik awan diatas sana, matahari masih belum mau meninggalkan kita.

Lombok #2

Lombok hari kedua. Jadwal kami adalah gili Trawangan, bermain air! *senyum senang* Pukul 08.00 WITA, 10 Mei 2013 kami sudah siap untuk berangkat menuju Gili Trawangan. Dari Senggigi,  Gili terawangan dapat kami ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam perjalanan darat dan kemudian dilanjutkan naik Kapal Motor dari pelabuhan Bangsal, menyeberang menuju Gili Trawangan. Dalam komplek Gili itu, terdapat 3 pulau bayangan yang kemudian terkenal dengan trio Gili. Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Menurut Pemandu, tidak ada kata "mana paling bagus" diantara 3 Gili tersebut. Masing-masing memiliki keindahan yang tidak dapat saling digantikan menurutnya, akan tetapi, karena terbatasnya waktu kami berada di Lombok, hanya 1 Gili yang akan kami kunjungi, Gili Trawangan. 

Trio Gili - diambil dari pesawat
Dalam perjalanan menuju Pelabuhan Bangsal, kami melewati Kawasan Malimbu yang indah, sayang jika tidak berhenti bukan? Maka, 10 menit disini untuk berfoto-foto.
10 menit di Malimbu
Gili Terawangan terkenal dengan pantai pasir putihnya, laut birunya, dan wisata bawah lautnya. Wisatawan dapat memilih untuk diving, snorkling, atau glass bottom. Yang akan kami coba adalah snorkling ditepi pantai dan di pertengahan Gili Terawangan dan Gili Meno. Dalam perjalanan menuju site untuk snorkling, kami dapat melihat pemandangan bawah laut melalui kaca dilantai perahu yang kami tumpangi. Indah sekali, Biru, pasir putih dan karang-karang. Menurut pemandu, yang terkenal dari site kami nanti adalah karang biru-nya. Terumbu karang, dengan bintik-bintik kilap biru di tepi-tepinya, seperti batu saphire. 
karang biru, see?

Setelah sekitar 45 menit snorkling, kami kemudian makan siang, dan beristirahat. Sementara para lelaki melaksanakan Sholat Jumat, (yah, hari itu hari Jumat), aku mencoba mengelilingi Gili dengan bersepeda. Wah, bersepeda di tepi pantai yang biru, menyegarkan sekali rasanya. Sehari seperti ini diantara rutinitas kerja, rasanya tak tergantikan. Ketika jenuh dengan sesak sempitnya ibukota, yang kita butuhkan hanyalah melihat yang lapang. 

Pasir putih, laut biru, awan putih, langit biru.
gowes tepi pantai
Belum sampai mengelilingi Gili, kakiku sudah terasa pegal, efek lelah ber-snokling juga badan ini yang tidak pernah bergerak banyak sebelumnya. Yah, aku akui, aku sangat kurang berolahraga :(. Akhirnya aku menyerah, memutuskan untuk kembali.  

Perjalanan kemudian dilanjutkan melihat hutan monyet (hutan pusuk), dan kemudian ke pusat oleh-oleh. Pukul 20.00 WITA kami kembali ke hotel. Yah, melewatkan lagi satu sunset yang seharusnya sangat indah dilihat dari beranda kamar hotel yang terletak di wilayah senggigi. Senggigi terkenal dengan sunsetnya kan? Tentu saja, karena senggigi berada di wilayah barat. Ah, sayang sekali, tapi kesenangan hari itu sudah lebih dari cukup. :)

Lombok #1


Senin, Selasa aku masih tak punya rencana untuk mengakhiri weekend panjang kemarin, tapi kemudian, dimana aku hari kamisnya? Lombok!
Sungguh, tidak disangka. Suatu waktu, bersama dengan teman-teman kos pernah berkeinginan (mungkin tepatnya berandai-andai) suatu saat akan touring, ke Lombok salah satunya. Dan kini, cepat sekali salah satu keinginan itu terkabulkan.

Jakarta, 9 Mei 2013, pukul 10.00 WIB kami sudah berkumpul dan bersiap untuk terbang ke lombok. Kami? Ya, ber-10, dari kantor. Tiga jam kemudian, pukul 13.30 kami tiba di Praya, Lombok. (2 jam perjalanan ditambah 1 jam penyesuaian waktu ke WITA)

Welcome to Lombok! :)
Sampai disana kami disambut oleh Tour Guide, pemandu. Kalau pergi ke Bali kita akan diberi bunga kamboja kuning sebagai ucapan selamat datang, tapi di Lombok kami dikalungi tenun lombok. Mobil sudah disiapkan, dan rombongan kami langsung  dibawa untuk makan siang di salah satu Restoran di Pantai Kuta (yang punya Kuta, tidak hanya Bali saja ternyata) 


Pantai Tanjung Aan

Objek pertama kami setelah makan adalah Pantai Tanjung Aan, yang  berjarak 1 jam perjalanan dari Pantai Kuta. Selama waktu 1 jam tersebut tentu saja aku mengamati sekitar, sepanjang perjalanan. Jalan - jalan disana cenderung sepi, sama sekali tidak macet. Lebih mengingatkanku pada jalan-jalan sepi di Jalan raya Moga-Randudongkal (haha, kalo ini sangat subjektif sekali). Nuansanya masih sangat alami, jarak rumah antar rumah sepanjang perjalanan lumayan jauh, tidak seperti jawa yang padat. Turis ber-seliweran naik motor, sambil membawa papan surf. Tidak ada angkot disini, sangat jarang, sehingga turis yang tidak seperti kami (dijemput pemandu)  pasti menggunakan motor untuk bepergian dari tempat penginapannya.
View dari mobil
Tidak terasa tujuan semakin dekat, Tanjung Aan sudah terlihat, dari jauh saja sudah kelihatan indah. Apalagi dari dekat?

dari bukit Pantai Tanjung Aan

Matahari yang terik, karena saat itu sudah pukul 15.00 WITA tidak menyurutkan keinginan kami untuk berfoto-foto. Tapi, kami belum ingin berbasah-basahan, karena itu kami lebih memilih naik ke atas bukit.
Subjek foto temanku adalah potret yang sedang memotret.
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke desa wisata suku sasak, ende. 

Desa Wisata Sasak Ende

 

Meskipun masih tradisional, mereka sudah mengenal teknologi rupanya, sepeda motor, iya kan?
Ini adalah rumah adat suku sasak, dan bagian ini adalah rumah yang lantainya di keraskan dengan kotoran sapi sebagai pengganti semen agar rumah mereka tidak berdebu. Beruntungnya sedang tidak ada demonstrasi langsung pengepelan lantai dengan kotoran itu. Selamat dari bau tidak sedap. :D
suasana perkampungan

beberapa foto dari kamera teman
Selesai berkeliling, kami melanjutkan perjalanan menuju desa sukarara (dibaca: Sukarare, e pada kata gelap) Desa penenun, begitu kata pemandu. Disini kami bisa mencoba menenun, proses yang rumit dan berulang, sangat membutuhkan kesabaran. Perempuan yang menenun terikat pada tali dan kayu, sehingga aku langsung berceletuk "seperti dipasung yah.." dan langsung dijawab "iya betul", oleh ibu penenun tersebut.

Beautiful Old Lady
tenun lombok, sukarara - kamera teman
Kemudian disisa sore itu dihabiskan dengan melihat dan memilih kain tenun. Setelah membeli beberapa kain tenun, kami segera kembali melanjutkan perjalanan. Sudah petang ketika kami meninggalkan Sukarara, makan malam, kemudian kami berjalan kurang lebih 2 jam untuk tiba di hotel kami di kawasan Senggigi. Sudah pukul 9 malam ketika sampai disana, kami langsung istirahat. Sampai jumpa esok hari. :)