Kamis, 16 Januari 2014

Cerita : Kado yang Terlambat

Hujan petang itu menemani mendung  yang sudah muncul sedari pagi. Dari sebuah rumah kos yang tua, salah satu penghuni kamarnya baru saja selesai mandi, sembari mengeringkan rambutnya perempuan itu menengok ponselnya dan mendapati sebuah pesan, dari salah satu temannya :

"Aku baru pulang dari lereng merapi, dan kubawakan untukmu hadiah yang kau minta dari dulu ... "

Ia terdiam sesaat, berpikir, kemudian ia membalas

" Apa ya? Aku lupa ... *emoticon tersenyum meringis*"

" Ini dia" laki-laki diseberang sana mengirimkan sebuah foto. Dengan sabar perempuan itu menunggu untuk melihat foto apa yang dia kirim. Kemudian muncul lah, foto seikat bunga kecil-kecil tanpa daun yang dipegang tangan.
" Edelweis?? Wuaaa!! "

" Iyaa, kamu dulu pernah minta kan?"

" Emang iya? Kapan? Lagian ngapain kamu hujan-hujan ke Merapi?"

"Tadi memang ada acara disana, nggak naik kok cuma di lereng, liat ada edelweiss, terus aku inget kamu, dulu aku pernah menjanjikan bunga ini buat kamu"

" Iya? Kapan?"

"Pas ulang tahun mu" itu sudah 5 bulan yang lalu. Perempuan itu kemudian teringat percakapannya dengan laki-laki  itu di hari ulang tahunnya, tentang hadiah, tentang bunga, bahwa aku tak ingin diberi kado bunga mawar, karena ia bisa layu.

" Ah, tapi itu setengah bercanda"

" Tapi aku janji akan membawakannya, dan akhirnya aku punya kesempatan untuk membayar janji itu"
" Harusnya nggak perlu sampai seperti itu, tapi ... Terimakasih *emoticon tersenyum*"
Memang sungguh benar-benar ada senyum dibibir perempuan itu. Hatinya tergugah.


" Jadi ini, kado ulang tahun yang terlambat datang ya?"

" Ah iya, kado cantik.. " senyum itu selalu mengembang di bibirnya.


***

Keesokan harinya, setelah mereka bertemu diantara jam kuliah, edelweis itu sudah ada ditangannya.  Ia pandangi, dan diantara rasa senangnya, entah kenapa ia merasa ada ketidakadilan disana. Mengapa ia tidak dijatuh-cintakan pada laki-laki itu saja, yang memenuhi setiap janji yang diucapkannya, yang selalu ingat apa yang perempuan itu katakan padanya. Mengapa hatinya malah jatuh pada laki-laki lain, yang tak juga bisa memenuhi janjinya, padahal sesungguhnya janji itu sangat sederhana. Ibarat kau disodorkan segelas susu tapi justru merindu pada segelas air putih.

3 komentar: