Minggu, 03 Agustus 2014

Waktu

Kalau kata Einstein, waktu itu seperti karet, elastis. Tergantung dari siapa yang merasakannya, sedetik rasanya bisa seperti satu tahun, satu tahun bisa terasa seperti hanya satu kedipan.

Karena waktu itu terus saja berjalan -dengan atau tanpa kehendakku- kadang aku sendiri sering tidak merasakan nilainya waktu. Maka dari itu mungkin ada anonim yang menulis tentang nilai waktu. Katanya, untuk tahu nilai 1  tahun, tanyakan pada siswa yang gagal dalam ujian kelulusan. Untuk tahu nilai 1 jam, tanyakan pada kekasih yang menanti waktu untuk bertemu, dan untuk mengetahui nilai 1 menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.

Ya, waktu itu berharga, ditiap menit dan detiknya. Pak ustadz kemarin juga berkata, jangan pernah berkata ingin menghabiskan waktu, karena waktu itu akan benar-benar habis, hilang dan tidak bisa diganti, maka manfaatkanlah.

Omong-omong soal manfaat waktu, menurutku bayi dan kanak-kanak lah yang paling pintar memanfaatkan waktu. Lebaran kemarin, aku bertemu Tata, sepupu, umurnya 1 lebih. Sekitar 2 ato 3 bulan yang lalu, Tata masih baru belajar melangkah (belum berjalan). Bergerak dengan iming-iming mainan yang dipegang ibu, ayah atau kakaknya. Kata yang terucap juga baru mbah, mbak, dan ucapan tak jelas. Dua bulan berikutnya, yaitu sekarang. Dia sudah lincah berjalan, tanpa bimbingan. Kata yang diucap juga sudah Bu dan lebih banyak. Selama 2 bulan itu dia menjadi pembelajar ulung, memanfaatkan waktunya untuk memulai cikal bakal mandiri dan membuka jalur komunikasi, dengan berjalan sendiri (literally).

Lalu, diwaktu yang sama, bagaimana denganku?

*hening*

Eh, dalam heningpun ternyata memakan waktu.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar