Sabtu, 30 Oktober 2010

Desain Penelitian Epidemiologi

Macam Design Penelitian Obervasional


A. Design Study Cohort

Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelompok orang (kohort) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome. Penelitian kohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Menurut hirarki Evedence Based, penelitian dengan Design Kohort merupakan jenis penelitian observasional yang terbaik dalam menjelaskan hubungan assosiasi diantara variabel.

Jadi ciri umum penelitian kohort adalah:
  1. Dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan
  2. Melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.
  3. Dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dan masing-masing kelompok studi.
  4. Peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan (tidak ada intervensi atau treatment)

Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian.
Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohort retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.
Kelebihan penelitian jenis kohort adalah sebagai berikut:
  1. Adanya kesesuaian dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor “penyebab” yang diikuti dengan akibat.
  2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang  tidak mungkin dilakukan pada studi kasus control.
  3. Sesuai untuk meneliti paparan yang langka.
  4. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek secara serentak dan sebuah paparan.
  5. Bias yang terjadi kecil.
  6. Tidak ada subyek yang sengaja dirugikan.
Kelemahan penelitian kohort pun ada, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
  1. Membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal.
  2. Membutuhkan ketersediaan data sekunder yang cukup mendukung.
  3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka.
  4. Resiko Drop-out selama masa penelitian.
  5. Tidak cocok menentukan merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi lainnya untuk penyakit amatan.
Contoh :
Peneitian kohort prospektik meneliti hubungan obesitas dengan diabetes.
Penelitian di mulai ketika subjek penelitian mengalami yang mengalami obesitas (faktor yang di duga sebagai penyebab diabetes). Kemudian perkembangan sampel diikuti misalnya sampai 10 tahun, apakah dalam jangka waktu 10 tahun tersebut subjek mengalami efek yang dimaksud. Dibandingkan dengan sampel kelompok lain yang tidak mengalami obesitas apakah mengalami diabetes pula dalam jangka waktu tersebut.

B. Penelitian Case Control
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan status paparan berdasarkan Out come.
Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.
Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif yaitu peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu. Penelitian ini dapat menggambarkan besarnya resiko seseorang mengalami paparan jika terkena penyakit atau menderita out come tertentu. Menurut hirarki Evedence Based, penelitian dengan Case Control merupakan jenis penelitian observasional kedua yang dapat menjelaskan hubungan assosiasi diantara variabel lebih baik dibanding design Cross Sectional.

Kelebihan :
  1.  Mudah dan murah dibandingkan studi analitik lain
  2. Cocok untuk meneliti penyakit yang jarang terjadi
  3. Leluasa menentukan rasio ukuran sampel dengan kontrol
  4. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan sekaligus
Kelemahan :
  1. Rawan terjadi bias, baik bias seleksi maupun bias informasi.
  2. Tidak dapat menghitung laju kecepatan penyakit, diatasi dengan menghitung odd rasio.
  3. Tidak mudah memastikan hubungan temporal antara paparan dengan penyakit.
  4. Sulit memastikan apakah kasus dan kontrol benar-benar setara
Contoh :
Penelitian hubungan antara merokok dan kanker paru-paru .
Penelitian dimulai dari mengumpulkan kasus penderita kanker paru-paru. Kemudian kasus tersebut diteliti tentang riwayat merokok penderitanya pada waktu yang lampau sampai sekarang. Dari sini akan dapat diketahui berapa persen dari kasus tersebut yang merokok, dan berapa persen dari kasus tersebut yang tidak merokok. Dari proporsi besarnya perokok dan bukan perokok terhadap jumlah kasus tersebut, akan dapat disimpulkan hubungan antara merokok dan kanker paru.

C. Penelitian Cross-Sectional
Penelitian Cross- Sectional adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode tertentu.
Penelitian cross-sectional relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. Meskipun begitu hasil Study Cross-Sectional tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dengan baik, apakah paparan mendahului out come atau sebaliknya, sehingga memiliki kekuatan terendah dalam menjelaskan hubungan asosiasi diantara variabel.

Kelebihan penelitian cross-sectional:
  1. Mudah untuk dilakukan, dan murah
  2. Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko)
  3. Tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.
Kelemahan penelitian cross-sectional
  1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan
  2. Kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
Contoh :
Penelitian tentang hubungan bentuk tubuh dengan hipertensi.
Maka peneliti memilih suatu populasi untuk dijadikan penelitian, memilih sampel penelitian secara random , kemudian dari masing-masing sampel tersebut diambil data dengan wawancara menderita hipertensi atau tidak (efek), dan pada saat yang sama juga diambil data paparan yaitu bentuk tubuh (gemuk atau kurus) dengan metode observasi. Kemudian dihitung proporsi penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus, serta yang bukan penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus. Maka dapat disimpulkan hubungan antara bentuk tubuh dan hipertensi.

Sumber :
1. Metodologi penelitian kesehatan.Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Jakarta : Rineka Cipta
2. http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2600.pdf

Catatan:
Dari semua design studi tersbeut tidak ada pilihan design study yang salah untuk sebuah penelitian. Semuanya tergantung dari tujuan penelitian, menimbang kelebihan kekurangan masing-masing design studi dan disesuaikan dengan kondisi sumber daya yang dimiliki peneliti.

***

Post Scriptum:
Saya mendapat mandat dari teman, untuk merevisi post saya tentang macam design penelitian yang saya post tahun 2010 yang lalu ini. Setelah belajar lebih banyak, studi ditingkat pasca sarjana dan brainstorming dengan tutor di Kelas Tutorial Epidemiologi, berikut tadi adalah macam studi design versi yang lebih 'benar' (Insya Allah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar