Sabtu, 06 Oktober 2012

The Closed Book

Sebuah nama sebuah cerita, kalau itu judul album peter pan. Tapi jika bagiku, sebuah kota sebuah cerita.  Menurutku setiap kota membawa kenangan masing-masing untukku. Sekarang jika mengingat atau mendengar kata Purwokerto, seolah-olah telingaku langsung menangkap lagu Bowling for soup, "Highschool never end" di mainkan.

Lain lagi dengan semarang. Mendengar kata semarang, aku menangkap sebuah nama, sebuah cerita, dan sebuah kata. Muda. Di kota itu aku mendefinisikan diriku sebagai seseorang yang muda, mahasiswa, dengan segala atributnya. Aku merasa bebas, lepas. :D

Kebebasanku itu dibuktikan dengan banyaknya tempat yang sudah aku kunjungi, di bandingkan kota lain yang pernah aku tinggali.  Cepatnya aku menghafal jalan, sebagai bukti seringnya aku main di kota ini. Terlalu banyak waktu luang sepertinya. ^^

Karena tempat ini bersejarah, sepertinya aku ingin membuat memoar perjalananku selama 1 tahun 10 bulan di semarang. Bukankah tulisan dan gambar membantu kita untuk mengingat kenangan? Walaupun tidak lengkap, ini akan jadi pengingatku akan masa-masa aku menghabiskan waktu "dewasa muda"-ku.

Entah apa yang paling khas dari kota semarang, tapi aku mulai saja dengan ...
# si "seribu pintu"

## Lawang sewu

## Gereja Blenduk - kawasan kota lama


## Kawasan kota lama, Marba = Marabunta
## Tugu Muda

## Sam Poo Kong

##



Candi II Gedongsongo
"Umbul" Sidomukti
Pohon tahun baru Cafe Buket
Resto yang menyajikan makanan khas semarang, Bandeng Juwana 

 Dan, tempat yang paling sering aku kunjungi di Semarang setelah kos, kampus, dan mol (tentunya)..

Menara Masjid Agung Jawa Tengah
Malam hari di masjid agung
siang hari

menjelang magrib




Kututup buku perjalananku di kota semarang, kumulai ceritaku di kota baru.  

Imam syafi'i, salah seorang imam besar dalam islam berkata, 

"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman.  Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang.  Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa, Jika didalam hutan."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar