Rabu, 28 Desember 2011

Seperti Cabut Gigi

Semarang, 28 Desember 2011, 22.54 WIB


Sungguh, kehilangan dan kegagalan, proses untuk melewatinya sangat mendewasakan. Kehilangan bisa dianalogikan seperti proses cabut gigi geraham. Ketika dicabut mungkin tidak sakit. Tapi terasa ada yang hilang. Tidak lama kemudian, baru sakit itu mulai terasa, menghentak-hentak sekali. Setelah sakitnya hilang, lidah akan bolak-balik mengecek pada posisi hilangnya gigi gerahamnya itu. Merasa gigi itu masih ada , tapi ternyata tidak ada. Memastikan ketidakberadaannya. Ada lubang disusunan gigi disana. Rahang kehilangan gigi gerahamnya. Seperti itu juga yang aku rasakan. Ada tempat yang seharusnya terisi, rasanya masih terisi, tapi ternyata sudah tidak ada.

Aku kehilangan.

Memang benar jika ada yang bilang, hal apa yang sangat tidak pasti di dunia ini? Itulah perasaan manusia. Justru semakin keras kita menggenggamnya, semakin kita menginginkannya, dia akan semakin terlepas, persis seperti menggenggam pasir.

Entah kenapa proses kehilangan itu berat. Mungkin karena ada bagian dari diri kita yang menolaknya, tapi kita memaksakannya untuk menerima. Seperti kebanyakan cara orang untuk melupakan perihal kehilangan itu, aku menjauhi semua aktivitas yang biasa aku lakukan tapi yang mengingatkanku padanya. Semua kenangan berusaha dihapus. Sebagian besar kebiasaan diubah. Hasilnya aku bukan diriku lagi. Mungkin itu yang menambah berat proses melupakan.


Tapi aku yakin, semua ini pasti berujung, suatu saat aku pasti bisa menceritakan ini dengan tanpa merasa menyedihkan, bahkan sambil tertawa. Saat itu pasti aku sudah lupa. Ya. Petaka yang tidak bisa diubah, obatnya adalah sabar dan lupa.

1 komentar: